1. Sejarah dan Lokasi
2. Sumber Sejarah
A.
Sumber Asing
a.
Berita China
Abad ke 5 negara Kant”o Li mengirim utusan ke China
secara rutin. Kant’o Li diperkirakan Sriwijaya. Pengiriman ini berakhir pada
tahun 988 M.
b.
Berita Arab
Banyak pedagang Arab yang berdagang di Kerajaan
Sriwijaya. Sampai terbentuknya perkampungan Arab sebagai tempat tinggal
sementara. Orang Arab menyebut Sriwijaya Zabag, Sabay atau Sribusa.
c.
Berita India
Raja Sriwijaya pernah menjalin hubungan dengan
raja-raja dari kerajaan yang ada di India dan kerajaan Nalada. Hubungan
antara Sriwijaya dengan kerajaan Chola rusak ketika raja Rajendra Chola
berusaha menguasai selat Malaka.
d.
Berita I-Tsing (Pendeta Budha
dari China )
Ia menceritakan bahwa kerajaan Sriwijaya dikelilingi
oleh benteng dengan 1000 orang pendeta yang mempelajari agama budha. Pendeta China yang akan belajar ke India sebelumnya belajar ke
Sriwijaya selama 1 atau 2 tahun. Pendeta tersebut dipimpin oleh seorang guru
yang bernama “Sakyakirti”.
B.
Prasasti
Prasasti kerajaan Sriwijaya menggunakan huruf Pallawa
dan bahasa Melayu Kuno. Prasasti tersebut antara lain :
a.
Prasasti Kedukan Bukit (684 M)
Isi : Dapunta Hyang membawa tentara sebanyak 20.000 orang berhasil
menundukkan Minangatamwan (mungkin daerah Binaga/Jambi). Dengan kemenangan itu
Sriwijaya menjadi makmur.
b.
Prasasti Telaga Batu (tidak
berangka tahun)
Isi : kutukan raja terhadap siapa saja yang tidak taat terhadap raja
Sriwijaya dan melakukan kejahatan.
c.
Prasasti Talang Tuo (684 M)
Isi : pembuatan taman Sriketra oleh dapunta Hyang sri Jayanegara
untuk memakmurkan semua makhluk.
d.
Prasasti Kota Kapur (686 M)
Isi : Sriwijaya berusaha untuk menaklukkan Bumi Jawa yang tidak
setia kepada kerajaan Sriwijaya.
e.
Prasasti Karang Berahi (686 M)
Isi : penguasaan Sriwijaya atas daerah Jambi (tempat ditemukan
prasasti ini).
f.
Prasasti Ligor (775 M)
Isi : penguasaan wilayah Kra/tanah Genting Malaya dengan tujuan
untuk mengawasi pelayaran dan perdangangan di selat Malaka.
g.
Prasasti Nalanda
Isi : Raja Nalanda yang bernama Raja Dewa Paladewa berkenaan
membebaskan 5 buah desa dari pajak. Sebagai gantinya kelima desa itu wajib
membiayai para mahasiswa dari kerajaan Sriwijaya yang menuntut ilmu di
kerajaan Nalanda. Raja sriwijaya bernam Balaputradewa dari dinasti Syailedra di
Jawa Tengah yang terusir akibat kekalahannya melawan kakanya sendiri
(Pramodawardani)
3. Kehidupan Politik
Sriwijaya merupakan kerajaan
maritime (Sarwajala). Beberapa factor yang mendorong munculnya Sriwijaya
sebagai kerajaan besar di Asia Tenggara.
v Palembang terletak di muara sungai Musi, sedangkan didepannya terletak
pulau-pulau pelindung pelabuhan.
v Letaknya strategis di tepi jalan dagang nasinal dan internasional.
v Runtuhnya kerajaan Funan.
v Sriowijaya memiliki angkatan laut yang kuat.
Tiga syarat
utama menjadi raja Sriwijaya :
1.
Samraj ( Berdaulat atas
rakyatnya )
2.
Indratvam ( Memerintah seperti
dewa Indra yang selalu memberikan kesejahteraan bagi rakyatnya )
3.
Ekachatta ( Mampu melindungi
seluruh rakyatnya )
Daftar silsilah
para raja kerajaan Sriwijaya :
1.
Dapunta Hyang Sri jayanegara (
Prasasti Kedukan Bukit 683 M, prasasti Talang Tuo 684 M )
2.
Cri Indrawarman ( Berita China 724 M )
3.
Rudra Wikrama ( Berita China
728 M )
4.
Wishnu ( Prasasti Ligor 775 M )
5.
Maharaja ( Berita Arab 851 M)
6.
Balaputra Dewa ( Prasasti
Nalanda 860 M )
7.
Cri Udayadityawarman ( Berita China 960 M )
8.
Cri Udayaditya ( Berita China 962 M )
9.
Cri Cudamaniwarmadewa ( Berita China ,
1003. Prasasti Leiden, 1044 M )
10.
Maraviyatunggawarman ( Prasasti
Leiden, 1044 M )
11.
Cri Sanggrama
Wijayatunggawarman ( Prasasti Chola, 1004 M )
Raja-raja yang
berhasil diketahui keadaan masa pemerintahannya adala sebagai berikut :
1.
Raja Dapunta Hyang
ü Berhasil memperluas wilayah kekuasaannya ke wilayah Jambi ( Prasasti
Kedukan Bukit ), Tulang Bawang ( Prasasti Pala Pasembah ), Kedah ( Berita
I-Tsing ), P Bangka ( Prasasti Ligor ) Kra ( Prasasti Ligor ).
ü Bercita-cita menjadikan sriwijaya sebagai kerajaan Maritim.
2.
Raja Balaputra Dewa
ü Menggantikan raja Dharma sentru ( kakak dan ibu raja Balaputra Dewa
) yang tidak memiliki keturunan.
ü Sriwijaya mengalami masa kejayaan dan berkembang sangat pesat.
ü Meningkatkan kegiatan pelayaran dan perdagangan.
ü Menjalin hubungan dengan kerajaan-kerajaan diluar Indonesia (
Nalanda dan Chola )
ü Sriwijaya meenjadi pusat prdagangan dan penyebaran agama Budha di
Asia Tenggara.
3.
Raja Sanggrama
Wiyattinggawarman
ü Sriwijaya menghadapi ancaman dari kerajaan Chola ( India ) yang
berhasil menguasai Sriwijaya pada masa raja Rajendra Chola.
ü Raja Sanggrama Wiyattunggawarman berhasil ditawan dan dibebaskan
oleh Raja kulottungga I ( pengganti Rajendra Chola ).
Sriwijaya pada mulanya tidak berada di Palembang , tetapi mungkin di Minanga Tamwan
yaitu daerah pertemuan antara sungai Kampar kanan dengan sungai Kampar kiri.
Karena keberhasilannya menguasai Palembang
dan sekitarnya dan daerah ini dianggap lebih menguntungkan dan strategis. Maka
pusat kerajaan dipindahkan dari Minanga Tamwan ke Palembang .
Pada abad ke 10
Sriwijaya mengalami kemunduran yang disebabkan oleh:
a.
Banyak daerah yang melepaskan
diri ( menunjukkan lemahnya pertahanan Sriwijaya ).
b.
Terjadi beberapa serangan atas
sriwijaya antara lain : dari Teguh Darmangsa (992), kerajaan Chola Mandala atas
Semenanjung Melayu (1017), pusat kerajaan (1023) dan (1030), kerajaan singosari
( Kertanegara ) dan terakhir serangan dari Majapahit (1477).
4. Kehidupan Ekonomi
Sriwijaya merupakan kerajaan maritime yang menguasai perdagangan di
wilayah perairan Asia Tenggara. Sebagai pusat perdagangan setiap kapal dagang
yang singgah diwajibkan membayar upeti. Barang dagangan yang diekspor oleh
Sriwijaya adalah Gading, Kulit dan beberapa binatang liar, sedangkan yang
diimpor adalah Sutra, Permadani, porelin dan lain-lain. Rakyat juga aktif dalam
bidang perdagangan. Sedang kehidupan agraris tidak begitu mendapat perhatian.
5. Kehidupan Sosial-Budaya
Sriwijaya merupakan kerajaan yang bercorak Budha, ehingga kehidupan
social masyarakat berdasar ajaran Budha. Kerajaan Sriwijaya mengadakan hubungan
dengan kerajaan-kerajaan disekitarnya. Hal ini terbukti melalui prasasti
Nalanda dan catatan I-Tsing. Serta terdapat seorang guru besar agama Budha di
Sriwijaya yang bernama Dharmapala dan Sakyakirti.
Karena agama yang dianut adalah
agama Budha ( Mahayana ) maka sisa-sisa kebudayaan yang ditinggalkan juga
berupa bangunan suci yang berkaitan dengan agama Budha yaitu stupa dan makara.
Melihat bentuk dan coraknya, stupa dan makara tersebut serupa dengan yang ada
di Jawa Tengah. Kemungkinan seni Jawa Tengah dikembangkan di Sriwijaya pada
masa Balaputra Dewa yang menganggap sebagai keturunan Raja Jawa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar