Pages

Kamis, 02 Juni 2016

KERAJAAN MEDANG (KAHURIPAN)

Medang Kamulan dapat dikatakan sebagai kelanjutan Mataram karena ia tak lain adalah ibukota  Mataram.  Nama kamulan bisa dianggap sebagai perubahan kata kamulyaan atau kemulian. Namun,  sebagian  ahli  berpendapat, Medang  Kamulan adalah

ibukota Kediri atau Jenggala. Adapula yang menyebutnya Kerajaan  Kahuripan.
Pada  masa Medang  Kamulan inilah  terjadi  perpindahan kekuasaan  politik  dari  Jawa Tengah  ke Jawa Timur, setelah Mataram hancur karena letusan Gunung Merapi. Pergeseran peta
kekuasaan ini pada perkembangannya sangat menentukan sejarah perpolitikan di Jawa khususnya. Medang Kamulan dibangun oleh keturunan raja Mataram. Namanya Mpu Sindhok, pendiri Dinasti Isana. Dinasti Isana ini memerintah Medang Kamulan selama satu abad sejak 929 M.




Ada dua prasasti yang mengisahkan Medang Kamulan, yakni Prasasti  Mpu Sindhok,  menceritakan masa pemerintahan Mpu Sindhok; dan Prasasti Kalcutta,  menceritakan awal mula silsilah Dinasti  Isana  sampai  zaman  pemerintahan Airlangga.  Mpu Sindhok  bergelar Sri Maharaja Raka i Hino Sri Isana Wikrama Dharmatunggadewa.  Raja ini memerintah selama 20 tahun.  Ia memiliki  seorang permaisuri, bernama  Sri Wardhani Pu Kbin. Menurut berita  prasasti,  Sindhok  memerintah dengan  adil dan rakyatnya  makmur.

Salah satunya prestasi Sindhok  adalah membangun sebuah bendungan sebagai tanggul  dan menanami bendungan tersebut dengan  ikan.  Meski  beragama  Hindu-Siwa, Mpu  Sindhok bertoleransi terhadap  agama Buddha.  Salah  satu  kitab  umat Buddha  berjudul  Sang Hyang Kamahayanikan diterbitkan pada masa pemerintahannya.
Mpu Sindhok digantikan Sri Isana Tunggawijaya, puteranya. Setelah  Tunggawijaya,  Medang  Kamulan diperintah oleh Dharmawangsa Teguh, cucu Mpu Sindhok. Dharmawangsa Teguh adalah  raja Medang  Kamulan yang paling  tersohor.  Semasa pemerintahannya, Teguh  berusaha meningkatkan kesejahteraan rakyatnya dengan mengembangkan pertanian dan perdagangan. Namun,  usahanya  ini  terhambat oleh  Sriwijaya  yang  ingin menguasai perdagangan Jawa dan Sumatera.
Untuk merebut perairan Selat Malaka dari dominasi pedagang- pedagang Sriwijaya, Teguh mengirimkan tentaranya pada 1003 M, namun  tidak  berhasil.  Bahkan Sriwijaya mampu  memukul balik Medang Kamulan. Kekalahan Medang Kamulan atas Sriwijaya ini bermula  dari  pemberontakan penguasa  Wurawuri.  Awalnya, Wurawuri  merupakan kerajaan kecil bawahan Medang Kamulan. Namun karena dihasut orang-orang Sriwijaya, raja Wurawuri nekad mengudeta pemerintahan Medang Kamulan. Gerakan Wurawuri ini terjadi ketika di Medang Kamulan sedang dilangsungkan pesta pernikahan Airlangga  dengan  puteri  Dharmawangsa Teguh. Airlangga adalah putera Raja Bali Udayana dengan Mahendradatta (saudari  Dharmawangsa Teguh).  Peristiwa  berdarah  ini dinamai Pralaya Medang. Medang  Kamulan hancur  dan Dharmawangsa tewas. Pralaya atau perlaya berarti



runtuh atau “mati”.
Airlangga sendiri berhasil meloloskan diri bersama para pengikutnya yang setia, Narottama. Dalam pelariannya, Airlangga diterima  oleh  para  brahmana yang  bersimpati. Kemudian,

 Airlangga  digembleng  oleh para brahmana itu.  Airlangga  lalu dinobatkan menjadi  raja Medang Kamulan pada 1019 M, pusat pemerintahan pun beralih ke Kahuripan. Sebagai mantu sekaligus kemenakan Dharmawangsa, Airlangga  merasa  berkewajiban mengembalikan kewibawaan  Medang  Kamulan. Ia berhasil menaklukkan raja-raja yang dulu merupakan bawahan Medang. Raja Bisaprabhawa ditaklukkan tahun 1029, Raja Wijayawarman dari  Wengker  ditundukkan tahun  1030, Raja Adhamapanuda ditaklukkan tahun  1031. Raja Wurawari, musuh  bebuyutannya,  ditaklukkan tahun  1035.
Setelah  menundukkan raja-raja  kecil  itu,  Airlangga memindahkan ibukota  ke wilayah Kahuripan di Jawa Timur. Ia juga memperbaiki Pelabuhan Hujung  Galuh  di muara  Sungai Brantas. Pada masa Airlangga, Pelabuhan Tuban (Kembang Putih) dan  Hujung  Galuh  merupakan pelabuhan dagang yang ramai. Dua pelabuhan ini merupakan tempat  transit  dan bertemunya para pedagang pribumi dengan  pedagang mancanegara,  seperti dari India, Birma, Kamboja, dan Campa.


Setelah  menjadi  raja, Airlangga  tidak  melupakan jasa-jasa para brahmana yang telah menggembengnya dulu. Sebagai balas jasa, ia membangun candi dan asrama sebagai tempat beribadah para brahmana di daerah  Pucangan.  Tak  lupa  pula,  Airlangga membangun Waduk Waringin Sapta sebagai pencegah banjir dan mengairi  lahan  pertanian. Ia pun  membangun jalan-jalan  yang menghubungkan daerah  pesisir  pantai  ke pusat  Kerajaan. Berkatnyalah, Medang Kamulan mencapai keemasannya.  Kisah hidup  Airlangga  kemudian dituturkan dalam  Kitab  Arjuna Wiwaha karya Mpu Kanwa.
Airlangga  memutuskan mundur sebagai raja. Ia memilih menjadi  seorang  pertapa  dengan  sebutan  Resi Gentayu.  Ia meninggal  pada  1049 M  dan  disemayamkan di  Gunung Penanggungan, di  sekitar  Komplek  Candi  Belahan.  Pewaris takhta  Medang  Kamulan seharusnya  adalah  puteri  Airlangga yang lahir dari permaisuri, yakni Sri Sanggramawijaya. Namun, karena Sanggramawijaya juga memilih  hidup  menjadi pertapa, takhta beralih kepada putera Airlangga dari selir. Untuk mencegah kemungkinan perang saudara, Mpu Bharada, seorang petinggi  istana,  membagi  Medang  Kamulan menjadi  dua; Panjalu  (disebut  juga Kediri)  dan Janggala. Panjalu  diberikan kepada Samarawijaya dengan ibu kota Daha, sementara Jenggala diberikan kepada Panji Garasakan dengan ibu kota Kahuripan. Wilayah Jenggala meliputi hampir sebagian Jawa Timur, wilayah Kediri  (Panjalu)  mencakupi Jawa Timur dan  sebagian  Jawa Tengah.  Dengan  demikian, berakhirlah Medang Kamulan dan Dinasti  Isana. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

POSTINGAN UNGGULAN

KISI-KISI SEJARAH X SOAL AKM

  CONTOH KISI -KISI SOAL AKM KLS X  MATA PELAJARAN IPS SEJARAH TAHUN 2022-2023