A. Petunjuk Operasional
B. Tujuan materi
bahan ajar
C. Materi
Pembelajaran :
Selanjutnya proses evolusi alam semesta itu memakan waktu kosmologis yang sangat lama sampai berjuta tahun. Terjadinya evolusi bumi sampai adanya kehidupan memakan waktu yang sangat panjang. Ilmu paleontologi membaginya dalam
enam tahap waktu geologis. Masing-masing ditandai oleh
peristiwa alam yang menonjol, seperti munculnya gunung- gunung, benua, dan
makhluk hidup yang paling sederhana. Sedangkan proses evolusi bumi dibagi
menjadi beberapa periode sebagai berikut :
1. Azoikum (Yunani: a = tidak; zoon = hewan), yaitu zaman
sebelum adanya kehidupan. Pada saat ini bumi baru terbentuk dengan
suhu yang relatif
tinggi. Waktunya lebih dari satu
miliar tahun lalu.
2. Palaezoikum, yaitu zaman purba tertua. Pada masa ini
sudah meninggalkan fosil flora dan fauna. Berlangsung kira-kira 350.000.000
tahun.
3. Mesozoikum, yaitu zaman purba tengah. Pada masa ini hewan
mamalia (menyusui), hewan amfibi, burung dan tumbuhan berbunga mulai ada.
Lamanya kira-kira 140.000.000 tahun.
4. Neozoikum, yaitu zaman purba baru, yang dimulai sejak 60.000.000 tahun yang lalu. Zaman ini dapat dibagi lagi menjadi dua tahap (Tersier dan Quarter). Zaman es mulai menyusut dan makhluk-makhluk tingkat tinggi dan manusia mulai hidup.
Merujuk pada tarikh bumi di atas, sejarah di Kepulauan
Indonesia terbentuk melalui proses yang panjang dan rumit.Sebelum bumi didiami
manusia, kepulauan ini hanya diisi tumbuhan flora dan fauna yang masih sangat
kecil dan sederhana. Alam juga harus menjalani evolusi terus-menerus untuk
menemukan keseimbangan agar mampu menyesuaikan diri dengan perubahan kondisi
alam dan iklim, sehingga makhluk hidup dapat bertahan dan berkembang biak
mengikuti seleksi alam.
baca juga : Proses terbentuknya bumi
2. Menganalisis
Terbentuknya Kepulauan di Indonesia.
Sebagian wilayah Kepulauan Indonesia merupakan titik temu
diantara tiga lempeng, yaitu LempengI ndo-Australia di selatan, Lempeng Eurasia
di utara dan Lempeng Pasifik di timur. Pergerakan lempeng-lempeng tersebut
dapat berupa subduksi (pergerakan lempeng keatas), obduksi (pergerakan lempeng
ke bawah) dan kolisi (tumbukan lempeng). Pergerakan lain dapat berupa pemisahan
atau divergensi (tabrakan) lempeng-lempeng. Pergerakan mendatar berupa
pergeseran lempeng-lempeng tersebut masih terus berlangsung hingga sekarang.
Perbenturan lempeng-lempeng tersebut menimbulkan dampak yang berbeda-beda. Namun
semuanya telah menyebabkan wilayah Kepulauan Indonesia secara tektonis
merupakan wilayah yang sangat aktif dan labil hingga rawan gempa sepanjang
waktu.
Pada masa Paleozoikum
(masa kehidupan tertua)
keadaan geografis Kepulauan Indonesia belum terbentuk seperti
sekarang ini. Di kala itu wilayah ini masih merupakan bagian dari samudra yang
sangat luas, meliputi hampir seluruh bumi. Pada fase berikutnya,yaitu pada
akhir masa Mesozoikum, sekitar 65 juta tahun lalu, kegiatan tektonis itu
menjadi sangat aktif menggerakkan lempeng-lempeng Indo-Australia, Eurasia dan
Pasifik. Kegiatan ini dikenal sebagai fase tektonis (orogenesa larami),
sehingga menyebabkan daratan terpecah-pecah.
Benua Eurasia menjadi pulau-pulau yang terpisah satu dengan
lainnya. Sebagian di antaranya bergerak
keselatan membentuk pulau-pulau Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi serta
pulau-pulau di Nusa Tenggara Barat dan Kepulauan Banda. Hal yang sama juga
terjadi pada Benua Australia. Sebagian pecahannya bergerak ke utara membentuk pulau-pulau
Timor, Kepulauan Nusa Tenggara Timur dan sebagian Maluku Tenggara.
Pergerakan pulau-pulau hasil pemisahan dari kedua benua tersebut telah mengakibatkan wilayah pertemuan keduanya sangat labil. Kegiatan tektonis yang sangat aktif dan kuat telah membentuk rangkaian Kepulauan Indonesia pada masa Tersier sekitar 65 juta tahun lalu. Sebagian besar daratan Sumatra, Kalimantan dan Jawa telah tenggelam menjadi laut dangkal sebagai akibat terjadinya proses kenaikan permukaan laut atau transgresi. Sulawesi pada masa itusudah mulai terbentuk, sementara Papua sudah mulai bergeserke utara, meski masih didominasi oleh cekungan sedimentasi lautdangkal berupa paparan dengan terbentuknya endapan batu gamping.
Kegiatan tektonis ini berlangsung di seluruh Kepulauan
Indonesia.Gunung api aktif dan rangkaian perbukitan struktural tersebar di
sepanjang bagian barat Pulau Sumatra, berlanjut ke sepanjang Pulau Jawa ke arah
timur hingga Kepulauan Nusa Tenggara serta Kepulauan Banda. Kemudian terus
membentang sepanjang SulawesiSelatan dan Sulawesi Utara. Pembentukan daratan
yang semakin luas itu telah membentuk Kepulauan Indonesia pada kedudukan pulau-
pulau seperti sekarang ini. Hal itu telah berlangsung sejak kala Pliosen hingga
awal Pleistosen (1,8 juta tahun lalu). Jadi pulau-pulau di kawasan Kepulauan
Indonesia ini masih terus bergerak secara dinamis, sehingga tidak heran jika
masih sering terjadi gempa, baik vulkanis maupun tektonis
Letak Kepulauan Indonesia yang berada pada deretan gunungapi membuatnya menjadi daerah dengan tingkat keanekaragaman flora dan fauna yang sangat tinggi. Kekayaan alam dan kondisi geografis ini telah mendorong lahirnya penelitian dari bangsa-bangsa lain. Dari sekian banyak penelitian terhadap flora dan fauna tersebut yang paling terkenal di antaranya adalah penelitian Alfred Russel Wallace yang membagi Indonesia dalam dua wilayah yang berbeda berdasarkan ciri khusus baik fauna maupun floranya. Pembagian itu adalah Paparan Sahul di sebelah timur, Paparan Sunda di sebelah barat. Zona di antara paparan tersebut kemudian dikenal sebagai wilayah Wallacea yang merupakan pembatas fauna yang membentang dari Selat Lombok hingga Selat Makassar ke arah utara. Fauna-fauna yang berada di sebelah barat garis pembatas itu disebut dengan Indo-Malayan region. Di sebelah timur disebut dengan Australia Malayan region. Garis itulah yang kemudian kita kenal dengan Garis Wallacea.
Gambar-gambar berikut di ambil dari: http://www.starfish.ch/tauchen/Indonesien.html
Merujuk pada tarikh bumi di atas, keberadaan manusia dimuka bumi dimulai pada zaman Quater sekitar 600.000 tahun lalu atau disebut juga zaman es. Dinamakan zaman es karena selama itu es dari kutub berkali-kali meluas sampai menutupi sebagian besar permukaan bumi dari Eropa Utara, Asia Utara dan Amerika Utara. Peristiwa itu terjadi karena panas bumi tidak tetap, adakalanya naik dan adakalanya turun. Jika ukuran panas bumi turun dratis maka es akan mencapai luas yang sebesar-besarnya dan air laut akan turun atau disebut zaman Glacial. Sebaliknya jika ukuran panas naik, maka es akan mencair, dan permukaan air laut akan naik yang disebut zaman Interglacial.
Zaman Glacial dan zaman Interglacial ini berlangsung silih berganti selama zaman Diluvium (Pleistosen). Hal ini menimbulkan berbagai perubahan iklim di seluruh dunia, yang kemudian mempengaruhi keadaan bumi serta kehidupan yang ada diatasnya termasuk manusia, sedangkan zaman Alluvium (Holosen) berlangsung kira-kira 20.000 tahun yang lalu hingga sekarang ini. Sejak zaman ini mulai terlihat secara nyata adanya perkembangan kehidupan manusia, meskipun dalam taraf yang sangat sederhana baik fisik maupun kemampuan berpikirnya.
Namun demikian dalam rangka untuk mempertahankan diri dan keberlangsungan kehidupannya, secara lambat laun manusia mulai mengembangkan kebudayaan. Beruntung kita bangsa Indonesia memiliki temuan bermacam-macam jenis manusia purba beserta hasil-hasil kebudayaannya, sehingga sejak akhir abad ke-19 para ilmuwan tertarik untuk melakukan kajian di negeri kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar