Raja Airlangga adalah seorang raja
keturunan dari raja Bali, putra dari hasil perkawinan antara Raja Dharma
Udayana dengan Mahendrata (adik Raja Dhamarwangsa. Ketika Airlangga berumur 16
tahun dikawinkan dengan anak raja Dhamarwangsa. Pada saat perkawinannya terjadi
serangan dari Raja Wura- wuri yang berakibat hancurnya istana raja Dhamarwangsa
( Pralaya).
Sementara
itu Airlangga bisa meloloskan diri yang diikuti oleh pengikutnya yaitu
Narottama ketika sudah cukup kuat, datanglah rakyat dari kerajaan Medang Kemulan meminta kepada Airlangga agar
mau dinobatkan menjadi raja. Selanjutnya Airlangga Teguh Ananta Wikrama
Tunggadewa.
Setelah
dinobatkan menjadi raja, Airlangga langsung membuat persiapan untuk merebut kembali
kerajaannya. Satu persatu musuh dari kerajaannya dapat diatasi. Namun ada satu
kerajaan yang paling kuat yang bersal dari wilayah selatan yang dipimpin
oleh Ratu Rangda Indriah, meskipun
akhirnya dapat dikalahkan juga ( ditulis dalam kisah cerita Calon Arang).
Dengan susah payah akhirnya Raja Airlangga telah berhasil mengembalikan
keamanan dan kesejahteraan kerajaannya.
Merasa
sudah tuntas perjuangannya pada tahun 1042 Raja Airlangga mengundurkan diri dari
tahta kerajaannya dan menunjuk putrinya yang bernama Sanggrama Wijaya
Tunggadewi menjadi raja. Tetapi putrinya menolak karena ingin menjadi pertapa
yang kemudian dikenal dengan gelar “Ratu Giriputri”. Sehingga tahta akhirnya
diserahkan kepada kedua putranya yang terlahir dari istri-istri selir
Airlangga.
Atas
bantuan Mpu Baradah (terbang ke angkasa dengan membawa kendi, setelah dilihat
wilayah kerajaannya telah sama, ditumpahkanlah kendi tersebut sehingga menjadi
sungai yang membelah dua kerajaan tersebut). Dua kerajaan yang telah dibagi itu
bernama Kerajaan Jenggala dan Kahuripan sebagai ibu kotanya dan kerajaan Kadiri
yang beribu kota di Daha. Hal
tersebut dilakukan oleh Raja Airlangga untuk menghindari perang saudara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar