Peristiwa G 30 S/PKI merupakan peristiwa kelam yang terjadi di
Indonesia, kondisi tidak stabil terjadi sampai tahun 1965 ditandai dengan
munculnya gelombang-gelombang aksi yang dipimpin oleh mahasiswa. Pada tanggal
11 Maret pemerintahan Sukarno mengeluarkan Supersemar yang merupakan titik awal
dari pelaksanaan orde baru. Tindakan yang diambil oleh Jenderal Suharto adalah
mengembalikan stabilitas nasional diantaranya dengan membubarkan PKI, kemudian
diperluas dengan menciptakan stabilitas ekonomi.
I. PERKEMBANGAN
PEMERINTAHAN ORDE BARU
A. Kebijakan Ekonomi dan
Politik
Pada tanggal 27
Maret 1968 MPRS melantik Suharto sebagai presiden ke dua dengan masa jabatan 5
tahun, Presiden Suharto mengawali pemerintahannya dengan mengubah kebijakan
luar negeri yang berbeda dengan yang ditempuh Presiden Sukarno. Orde Baru
memilih perbaikan dan perkembangan ekonomi sebagai tujuan utama dan menempuh
kebijakan melalui struktur administrasi yang mengakar kuat sampai dengan
lapisan bawah.
Pilar utama dari
Orde Baru adalah ABRI, Presiden Suharto memberlakukan ABRI memiliki dua fungsi
yaitu sebagai kekuatan hankam(partahanan dan keamanan) dan kekuatan social
politik pada saat itu anggota ABRI ikut menentukan kebijakan politik dengan
adanya fraksi ABRI di DPR/MPR
Dalam bidang
politik Presiden Suharto melakukan penyatuan partai-partai politik sehingga
pada masa pemerintahannya hanya dikenal tiga partai politik yaitu, Partai
Persatuan Pembangunan (PPP), Golongan Karya (Golkar), dan Partai Demokrasi
Indonesia (PDI), penyederhanaan ini merupakan hasil evaluasipolitik pada masa
Presiden Sukarno yang menggunakan sistem multi partai yang berakibat jatuh
bangunnnya Kabinet dan menyebabkan mandeknya pembangunan nasional. Orde Baru
mengeluarkan Undang-undang Partai Politik dan Azas Tunggal Pancasila sebagai
satu-satunya azas dalam kehidupan social politik saat itu.
Sejalan dengan
kemajuan pendidikan masyarakat Indonesia
muncul golongan cendekiawan dan elite politik yang berani menyampaikan berbagai
kritik dan ketidakpuasan atas ketimpangan yang terjadi dalam pelaksanaan
pemerintahan dan pembangunan nasional.
Pada tahun 1975
Indonesia terlibat konflik dengan koloni Portugal yaitu Timor-timur dengan
persetujuan Amerika dan Australia pasukan Indonesia mengirimkan pasukan ke
Timor-timur. Pada tanggal 15 Juli 1976 Timor-timur resmi menjadi Propinsi
termuda di wilayah NKRI. Namun permasalahan tidak begitu saja selesai terjadi
riak-riak yang mengancam keamanan sehingga pada tahun 1999 kekuasaan
Timor-timur dialihkan ke PBB.
B. Pelaksanaan Pemilihan
Umum
Salah satu isi
program kerja Kabinet Pembangunan I bahwa Pemilu Diadakan untuk memilih anggota
DPR/MPR dilaksanakan pada tahun 1971. Pemilu salah satu tugas yang diatur dalam
Ketetapan No.XLI /MPRS/1968
1. Pemilu Kedua (1971)
Diselenggarakan
pada tanggal 3 Juli 1971 diikuti 58 Juta rakyat Indonesia, untuk memilih DPRD
Tk I, dan DPRD Tk II, azas Pemilu langsung, Umum, Bebas, dan Rahasia. Diikuti
oleh 10 kontastan yaitu 9 partai politik(
Partai Katolik,Partai Serikat Islam Indonesia,Partai Nadatul
Ulama.Partai Muslim Indonesia, Partai Kristen Indonesia,Partai Murba,Partai
Nasional Indonesia,Partai Islam, Parati IPKI) dan satu Golongan
Karya.Berdasarkan perhitungan suara Golkar mendapatkan suara terbanyak (62,80
%).
2. Pemilu Ketiga (1977)
Pemilu ketiga diikuti oleh tiga kontestan
hasil penciutan dari 10 kontestan peserta Pemilu 1971.Alasan penciutan
kontestan untuk menghindari terjadinya
persaingan yang tidak sehat diantara kontestan peserta pemilu yang dapat
mengarah ke perpecahan.
a. Empat partai Islam yang mempunyai faham yang
sama berganbung yaitu PSII,NU,Perti,dan Parmusi pada tanggal 5 Januari melebur
menjadi satu partai yang diberi nama Partai
Persatuan Indonesia (PPP)
b. Lima partai nasionalis yaitu PNI,Parkindo,IPKI,Partai
Katolik dan Murba pada tanggal 11 Januari 1973 melebur diri ke dalam satu
partai Partai Demokrasi Indonesia (PDI)
Dalam Pemilu ini Golkar berhasil mendapat perolehan
suara terbanyak sehingga tampil menjadi
kontestan pemenang. MPR hasil Pemilu 1977
merumuskan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P-4)
3. Pemilu Keempat (1982)
Pemilu keempat tetap diikuti oleh
tiga kontestan dan dimenangkan oleh Golkar hal ini semakin menambah kekuatan
Golkar sebagai pendukung pemerintahan
Orde Baru.MPR hasil Pemilu ke 4
menetapkan Pancasila sebagai satu-satunya azas dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.
4. Pemilu Kelima (1987)
Diikuti oleh tiga kontestan, jika
pada pemilu sebelumnya terjadi adu pengaruh yang mengarah pada saling
menjatuhkan diantara kontestan , pada
pemilu ini mengarah pada program dalam kampaye. Dan untuk kesekian kali
Golkar meraih suara terbanyak
5. Pemilu Keenam (1992)
Dilaksanankan dengan aman dan
lancar dan dimenangkan Golkar hal ini membuktikan Golkar sebagai Partai
pemerintah yang semakin kuat dan memilih kembali Suharto sebagai Presiden
6. Pemilu Ketujuh (1997)
Diikuti oleh tiga kontestan dan tetap
dimenangkan Golkar, dan mengangkat Suharto sebagi presiden tetapi hal ini mendapat
tentangan dari berbagai kalangan masyarakat karena memerintah selama 32
tahun.Krisis ekonomi mendorong munculnya gerakan reformasi dan memaksa Presiden
Suharto untuk meletakan jabatan pada tanggal 21 Mei 1998 kemudian menyerahkan
kekuasaan pemerintah kepada Wapres B.J.
Habibie, yang kemudian membentuk cabinet Reformasi.
C. Pembangunan Nasional
Tiga bulan
setelah dilantik tepatnya pada tanggal 6 Juni 1968 Presiden Suharto mengumumkan
pembentukan Kabinet Pembangunan dan membubarkan Kabinet Ampera. Adapun
tugas pokok Kabinet Pembangunan tercantum dalam Tap MPRS No.XII/MPRS/1968
sebagai berikut:
- Menciptakan stabilitas politik dan ekonomi sebagai syarat mutlak keberhasilan pelaksanaan Rencana Pembangunan Lima Tahun (REPELITA) dan Pemilu
- Menyusun dan melaksanakan Repelita Pertama
- . Melaksanakan Pemilu selambat-lambatnya pada 5 Juli 1971
- Menmgembalikan ketertiban dan keamanan masyarakat dengan mengkikis habis sisa-sisa G30S/PKI dan setiap rongrongan,penyelewengan,serta pengkianatan terhadap pancasila dan UUD’45
- Melanjutkan penyempurnaan dan pembersihan menyeluruh terhadap aparatur Negara baik tingkat pusat maupun daerah.
Tugas pokok cabinet
ini dikenal dengan Pancakrida Kabinet Pembangunan I. Pelantikan menteri
dilaksanakan pada 19 Juni 1968 si Istana Negara Jakarta terdiri dari 5 menteri
Negara dan 18 menteri memimpin departemen.
1. Pelita 1
Pelita 1 dimulai
1969-1974 Orde Baru menyelesaikan fase
stabilitas dan rehabilitas sehingga menciptakan keadaan yang stabil,adapun
sasaran Pelita I yaitu meningkatkan pangan,sandang, perbaikan
prasarana,perumahan rakyat, perluasan lapangan kerja dan kesejahteraan rohani.
Pelaksanaan Repelita 1 termasuk pembiayaannya selalu disetuji DPR dengan
membuat undang-undang sesuai ketentuan UUD’45
2. Pelita II
Pelita satu berakhir pada 31 Maret 1974
telah meletakan dasar yang kuat bagi pelaksanaan Pelita II,MPR hasil Pemilu
1971 berhasil menyusun GBHN melalui Tap MPR RI No.IV/MPRS/1973. Dalam GBHN 1973
terdapat rumusan Pelita II yaitu :
1. tersedianya bahan pangan dan sandang yang
cukup dan terjangkau oleh daya beli masyarakat.
2. tersedianya bahan-bahan bangunan perumahan
terutama bagi kepentingan masyarakat
3. perbaikan dan peningkatan prasarana
4. peningkatan kesejahteraan rakyat secara merata
5. memperluas lapangan kerja
Untuk
melaksanakan Pelita II Presiden Suharto membentuk cabinet Pembangunan II
Program kerja Kabinet Pembangunan II disebut Sapta Krida Kabinet Pembangunan II
yang meliputi :
1. meningkatkan stabilitas politik
2. meningkatkan stabilitas keamanan
3. melanjutkan Pelita I dan melaksanakan Pelita
II
4. meningkatkan kesejahteraan rakyat
5. melaksanakan Pemilu
3. Pelita III
Pelita III menitik beratkan pembangunan sector pertanian
menuju swasembada pangan yang mengolah bahan baku menjadi bahan jadi. Sasaran
pokok Pelita III diarahkan pada Trilogi Pembangunan dan delapan jalur
pemerataan.
Trilogi
Pembangunan terdiri dari :
1. pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya
menuju terwujudnya keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia.
2. pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi
3. stabilitas
nasional yang sehat dan dinamis
Delapan
jalur pemerataan mencakup :
1. pemerataan pemenuhan kebutuhan pokok,
yaiandang,pangan, dan perumahan bagi rakyat banyak.
2. pemerataan kesempatan memperoleh pelayanan
pendidikan dan kesehatan
3. pemerataan pembagian pendapatan
4. pemerataan memperoleh kesempatan kerja
5. pemerataan memperoleh kesempatan berusaha
6. pemerataan kesempatan berpartisipasi dalam
pembangunan khususnya bagi generasi muda dan kaum perempuan
7. pemerataan penyebaran pembangunan di seluruh
wilayah Indonesia
8. pemerataan
memperoleh keadilan.
Pelaksanaan
Pelita III Presiden Suharto membentuk Kabinet Pembangunan III yang dilaktik
secara resmi pada tanggal 31 Maret 1978 .Program kerja Kabinet Pembangunan III
disebut Sapta Krida Kabinet Pembangunan III yang meliputi :
1. menciptakan keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia dengan memeratakan hasil
pembangunan
2. melaksanakan pertumbuhan ekonomi yang cukup
tinggi
3. memelihara stabilitas keamanan yang mantap
4. menciptakan aparatur Negara yang bersih dan
berwibawa
5. membina persatuan dan esatuan bangsa yang
kukuh dan dilandasi oleh penghayatan dan pengamalan Pancasila
6. melaksanakan pemilihan Umum yang
langsung,umum,bebas,dan rahasia
7. mengembangkan
politik luar negeri yang bebas aktif untuk diabdikan kepada kepentingan
nasional
4. Pelita IV
Pelita IV
dimulai 1 April 1989 titik beratnya adalah pembangunan sector pertanian untuk
melanjutkan usaha-isaha menuju swasembada pangan dan meningkatkan industri yang
dapat menghasilkan mesin-mesin industri ringan maupun industri berat.
Sasaran pokok Pelita IV yaitu sebagai
berikut :
- Bidang politik,yaitu berusaha memasyarakatkan Pedoman,Penghayatan dan Pengamalan pancasila
- Bidang Pendidikan, menekankan pada pemerataan kesempatan belajar dan meningkatkan mutu pendidikan
- Bidang Keluarga Berencana,menekankan pada pengendalian laju pertumbuhan penduduk yang dapat menimbulkan masalah nasional.
5. Pelita V
Pelita V dimulai 1 April 1994 merupakan
pelita terakhir dari keseluruhan program Pembangunan jangka panjang
Pertama. Titik berat Pelita V adalah meningkatkan sector pertanian untuk memantapkan swasembada
pangan dan meningkatkan produksi hasil pertanian lainnya serta
industri,khususnya industri yang menghasilkan barang ekspor, industri banyak
tenaga kerja, industri pengol;ahan hasil pertanian, dan industri yang dapat menghasilakan mesin-mesin industri
menuju terwujudnya struktur ekonomiu yang seimbang antara industri dengan
pertanian, baik dari segi niali tambah maupaun dari segi penyerapan tenaga
kerja.
6. Pelita VI
Pelita VI dimuai pada 1 April 1999 pada
akhir Pelita V diharapkan akan mampu menciptakan landasan yang kukuh untuk
mengawali pelaksanaan Pelita VI dan memasuki proses tinggal landas menuju
pelaksanaan program Pembangunan Jangka Panjang Kedua.Titik berat Pelita VI pada
pemabangunan sekot-sektor ekonomi dengan keterkaitan antara industri dan pertenian
serta bidang pembangunan lainnya dan peningkatan kualitas sumber daya manusia.
Pelaksanaan
Pembangunan jangka panjang tidak berjalan lancar akibat krisis ekonomi dan
moneter yang melanda Indonesia, yang mengakibatkan gejolak social politik yang
mengarah pada gelombang demonstrasi, kerusuhan,penjarahan dan pembakaran di ibu
kota Jakarta yang kemudian meluas ke seluruh tanah air.
D. Kebijakan Luar Negeri
Pemerintah Orde Baru
Berikut adalah
beberapa tindakan pemerintah Orde Baru berkaitan dengan kebijakan politik luar
negeri.
a. Indonesia Kembali
menjadi anggota PBB
Pada masa Orba
politik luar negeri Indonesia dikembalikan lagi pada politik bebas aktif sesuai
dengan Pancasila dan UUD’45. Indonesia aktif menjadi anggota PBB pada tanggal
28 September 1966 dan tetap tercatat menjadi anggota ke 60 Indonesia telah
banyak memperoleh manfaat dan bantuan sebagai berikut.
1) PBB mempercepat proses pengakuan de facto
maupun de jure kemerdekaan Indonesia oleh dunia Internasional
2) PBB berjasa menyelesaikan masalah
pengembalian Irian Barat ke RI dengan mengirimkan misi UNTEA
3) PBB
banyak memberikan bantuan dalam bidang ekonomi, social, dan budaya melalui
organisasi khusus seperti IMF, UNESCO, WHO dll.
b. Normalisasi Hubungan
Indonesia dengan Malaysia
Konfrontasi antara
Indonesia dengan Malaysia dianggap kurang sesuai dengan politik luar negeri
yang bebas aktif. Upaya normalisasi diawali dengan perundingan Bangkok pada
tanggal 29 Mei – 1 Juni 1966. Indonesia diwakili oleh menteri luar negeri Adam
Malik dan Malaysia oleh Perdana Menteri Tun Abdul Razak. Persetujuan yang
isinya sebagai berikut
· 1) Rakyat
Sabah dan Serawak diberi kesempatan menegaskan kembali keputusan yang telah
mereka ambil mengenai kedudukan mereka dalam Federasi Malaysia.
· 2) Pemerintah
kedua belah pihak menyetujui pemulihan hubungan diplomatic.
· 3) Tindakan
permusuhan diantara kedua belah pihak harus dihentikan
c. Pembentukan ASEAN
ASEAN
(Association of South East Asian Nation) atau perhimpunan bangsa-bangsa Asia
Tenggara berisi pada tanggal 8 Agustus 1967 dengan penandatanganan Deklarasi
ASEAN atau Deklarasi Bangkok oleh lima menteri luar negeri yaitu Adam Malik
(Indonesia), Narsico Ramos (Filipina), Thanat Khoman (Thailand), Tun Abdul
Razak (Malaysia), Rajaratman (Singapura).
Keanggotaan ASEAN terbuka bagi
negara-negara dikawasan Asia Tenggara sedangkan syarat menjadi anggota ASEAN
adalah menyetujui dasar dan tujuan pembentukan ASEAN. Dengan masuknya Indonesia
ke dalam ASEAN merupakan langkah maju dalam menata kembali politik luar negeri
yang bebas aktif, sejak menjadi anggota ASEAN Indonesia memperoleh manfaat yang
besar bagi kemajuan Negara.
d. Keikutsertaan Indonesia
dalam berbagai Organisasi Internasional
1) Consultative Group on Indonesia (CGI)
Sebelum mendapat
bantuan dana pembangunan CGI terlebih dahulu mendapat bantuan pembangunan dari
Inter Government Group on Indonesia (IGGI). IGGI berdiri pada tahun 1967 dengan
tujuan untuk membiayai pembangunan. Bantuan IGGI dalam bentuk bantuan proyek,
bantuan program, bantuan pangan, bantuan teknik, devisa kredit dan sumbangan
atau hadiah. Pada tanggal 25 Maret 1992 IGGI bubar sebab Indonesia menolak
bantuan Belanda yang dianggap terlalu banyak mengaitkan pinjaman luar negerinya
dengan masalah politik Indonesia. Sebagai gantinya pemerintah Indonesia meminta
pada Bank Dunia memantuk CGI.
2) Asia Pasific Economic Cooperation (APEC)
Dibentuk pada
bulan Desember 1989 di Canberra, Australia atas gagasan dari Robert Hawke
Perdana Menteri Australia. APEC merupakan forum kerjasama ekonomi Negara-negara
di kawasan Asia dan Pasifik terutama dibidang perdagangan dan investasi.
Sebagai anggota APEC Indonesia mempunyai peranan yang penting dalam pertemuan
di Seatle Amerika Serikat, Indonesia ditunjuk sebagai ketua APEC dan Indonesia berhasil
menyelenggarakan pertemuan APEC di Bogor pada tanggal 14-15 November 1994.
E. Mobilitas penduduk pada
Masa Orde Baru
Penduduk Indonesia secara kuantitatif
jumlah penduduk Indonesia tergolong besar, dengan laju pertumbuhan yang cepat,
dan pesebaran yang tidak merata. Secara kualitas SDM penduduk Indonesia masih tergolong
rendah. Jumlah penduduk Indonesia menepati peringkat ke lima setelah RRC,
India, Rusia, dan Amerika Serikat.
Pada masa Orde baru
Pertumbuhan penduduk berhasil di tekan namun masih tergolong tinggi . usaha
untuk menurunkan jumlah penduduk dengan pelaksanaan KB dan perbaikan gizi dan
peningkatan kesehatan masyarakat.
Masalah
penduduk yang lain yaitu mengenai pesebaran penduduk yang tidak merata seperti
Jawa dan Madura kelebihan jumlah
penduduk sedangkan pulau-pulau lainnya terjadi kekurangan penduduk hal ini
bisaenghambat kelancaran proses pembangunan,hal ini bias diatasi dengan
pelaksanaan redistribusi penduduk bagi seluruh masyarakat Indonesia.
Keuntungan
redistribusi :
1. Dari segi ekonomi, menyediakan tenaga kerja
perluasan produksi di daerah-daerah dan membuka lapangan kerja baru.Selain itu
tercipta integrasi dan pertumbuhan ekonomi baik baik secara nasional maupun
daerah.
2. Aspek Ideologi, meningkatkan kesadaran
berbangsa dan bernegara
3. Aspek Politik, menunjang pembauran etnik
atau suku bangsa, mempersempit kesenjangan kelas maupun wilayah serta
meningkatkan hubuingan antar kelompok masyarakat. Dapat mewujudkan Sistem
Pertahanan Keamanan Rakyat Semesta.
Sebagian besar penduduk Indonesia
bertempat tinggal di pedesaan dengan mata pencaharian sebagai petani. Tingginya
jumlah penduduk dan berkurangnya lahan pertanian untuk perumahan dan industri
menyebabkan meningkatnya jumlah penduduk yang bermukim di kota. Pertumbuhan ekonomi
perkotaan disebabkan arus mobilitas atau perpindahan penduduk dari desa ke kota
, selain itu dengan pembangunan
pusat-pusat kegiatan baru.
1. Mobilitas penduduk melalui Transmigrasi
Sejak jaman colonial sudah disadari akan
pentingnya transmigrasi , naumun penekannya yang berbeda kalau jaman
colonial pemindahan penduduk bersifat
kolonisasai sedangkan pada masa orde baru bersifat pemerataan tenaga kerja
untuk menunjang pembangunan nasional.
Pada masa Orde
baru transmigrasi diintensifkan pelaksanaannya. Tujuan transmigrasi pada masa
orde baru yaitu :
1. meningkatkan taraf hidup rakyat
2. meningkatkan pembangunan daerah
3. menyeimbangkan persebaran penduduk Indonesia
4. melaksanakan pembangunan merata di seluruh
Indonesia
5. memanfaatkan sumber-sumber alam dan tenaga
manusia
6. memperkukuh rasa persatuan dan kesatuan
bangsa
7. memperkuat pertahanan dan keamanan nasional
2. Upaya Menghambat Arus Urbanisasi
Selama ini yang menjadi sasaran
urbanisasi yaitu kota-kota besar seperti Jakarta dan Surabaya maka untuk
mengatasi hal tersebut, mengubah arus
urbanisasi menuju kota-kota kecil atau kota-kota sedang. Maka untuk mencapai
tujuan tersebut kota-kota kecil dibangun
fasilitas perkotaan, Prasarana transportasi yang saling menghubung dibangun dan
ditingkatkan Itulah sebabnya pembangunan kota-kota Tangerang, Bekasi, Depok.
Gresik, Mojokerto, Sidoarjo dan Lamongan ditingkatkan pada masa Orde Baru.
3. Peningkatan Sarana Transportasi dan
Komunikasi
Pemerintah
Orde Baru juga membangun saran transportasi baik sarat,laut, dan udara yang
menghubungkan antar wilayah satu dengan wilayah lainnya menjadi lebih mudah dan
singkat. Demikian juga sarana komunikasi di seluruh Indonesia dibanguan
sentral-sentral telepon otomatis, telegram, radio dan televisi. Kelancaran arus
komunkasi dan informasi diikuti dengan mobilitas penduduk,hal ini mendorong
pemerintah untuk menambah lapangan pekerjaan.Usaha ini mengalami kendala yang berkaitan
dengan kuantitas dan kualitas tenaga kerja serta permintaan danpenawaran tenaga
kerja yang naik dan turun, namun demikian angka pengangguran dapat ditekan dan
dikendalikan.
II. Revolusi Hijau
A. Latar Belakang Munculnya
Revolusi Hijau
Revolusi Hijau
(Green Revolution) suatu revolusi dibidang pertanian dengan menggunakan
teknologi modern yang ditandai dengan berbagai penemuan ilmiah berupa benih
unggul baru dari berbagai Varietas padi, gandum, dan jagung. Penemuan dari
komuditas pertanian tersebut mengakibatkan tingginya hasil panen di beberapa
negara berkembang. Munculnya revolusi hijau diawali dari permasalahan yaitu
tambahnya penduduk yang sangat pesat dan semakin menipisnya bahan makanan.
Upaya
peningkatan produksi pertanian dalam rangka revolusi hijau dilakukan dengan
berbagai cara diantaranya pembukaan lahan pertanian, mekanisme pertanian,
penggunaan pupuk dan menciptakan obat pertanian anti hama. Revolusi Hijau
dengan keberhasilannya dibeberapa negara khususnya dinegara berkembang telah menimbulkan
rasa percaya diri bahwa revolusi hijau dapat menghasilkan cukup banyak pangan
untuk dikonsumsi penduduk dalam waktu relatif lama.
Keuntungan Revolusi
Hijau :
Ditemukannya bibit berkualitas unggul Masalah pangan teratasi
Hasil
panen meningkat Kesejahteraan
petani meningkat
Kelemahan Revolusi
Hijau :
Penelitian untuk mendapatkan bibit unggul
memerlukan biaya yang tinggi
Kemampuan daya produksi tanah semakin
menurun karena ditanami padi terus-menerus tanpa diselingi.
Timbul pencemaran tanah dan lingkungan
akibat pupuk dan obat-obatan
Para buruh tani kehilangan pekerjaan karena
adanya mekanisasi alat pertanian.
B. Palaksanaan Revolusi
Hijau di Indonesia
Indonesia yang
mempunyai kondisi sosio-ekonomis masyarakat agraris berpotensi besar bagi upaya
peningkatan produksi pertanian. Sebab pertanian merupakan sektor yang sangat
penting dalam upaya peningkatan pertumbuhan ekonomi nasional Sektor pertanian
ini dijadikan titik pusat pembangunan sejak repelita I dalam PJPT I. Pemerintah
ini berusaha untuk meningkatkan produksi pertanian dengan berbagai usaha, baik
melalui ekstensifikasi pertanian maupun intensifikasi pertanian.
Tahun 1984
Indonesia untuk pertama kalinya mencapai swasembada beras yang merupakan salah
satu pilar keberhasilan pembangunan Indonesia. Sukses ini antara lain
disebabkan oleh Revolusi Hijau dengan penemuan varietas padi baru yang
responsif terhadap pemupukan. Faktor lain adalah investasi pada fasilitas
pengairan pengembangan pabrik pupuk, prasarana jalan dan transportasi serta
modernisasi pengelolaan usaha tani padi hal ini disertai kebijakan harga dan
subsidi, perdagangan dan pengembangan kelembagaan pedesaan melalui program
Bimas (Bimbingan Massal), Inmas (Intensifikasi Massal), Insus (Intensifikasi
Khusus) disamping itu dengan membina kelompok tani atau dikenal sebagai
kelompencapir.
Tetapi pada masa
mendatang peningkatan produksi pangan nasional akan semakin sulit sedangkan
kebutuhan terus meningkat. Pembangunan pertanian tengah menghadapi krisis
sampai penghujung abad 20. Pada masa krisis pemerintah Indonesia mengimpor
beras dari luar. Hal-hal yang menyebabkan masalah dibidang pangan.
Upaya peningkatan produktivitas mengalami
kelambanan karena belum adanya terobosan teknologi baru yang mampu meningkatkan
produksi pangan.
Fragmentasi lahan yang mengakibatkan jumlah
petani berlahan sempit makin bertambah.
Tenaga kerja pertanian banyak yang sudah tua
dikarenakan generasi mudanya enggan bekerja disektor pertanian
Perkembangan sektor industri yang pesat
dan pertumbuhan penduduk yang semakin tinggi menyebabkan lahan pertanian
tergusur.
Karena itu
dibutuhkan terobosan teknologi dengan memanfaatkan sumber daya pertanian secara
optimal. Langkah lain yang harus ditempuh adalah revitalisasi swasembada beras.
Perlu juga adanya
peningkatan penyuluhan dengan mengakui para petani sebagai mitra penyuluhan dan
bukan sebagai obyek penyuluhan.
C. Perkembangan
Industrialisasi di Indonesia
Program
industrialisasi yang dijalankan telah mengorbankan program upaya peningkatan
produksi pertanian. Lahan-lahan pertanian yang produktif telah beralih fungsi
menjadi lahan-lahan industri khususnya di daerah penyangga ibu kota seperti
Kerawang, Bekasi, Purwakarta, dan Subang. Tidak seimbangnya antara upaya
peningkatan produksi pertanian dan program industrialisasi jelas diperlukan
sebagai alternatif untuk memecahkan masalah tersebut dan hal ini bukan
pekerjaan yang mudah.
a. Industri Pertanian
Perekonomian
Indonesia pada dasarnya bercorak argaris, karena hampir sebagian besar
wilayahnya merupakan daerah pertanian dan penduduknya sebagian besar bekerja
pada sektor pertanian. Peningkatan produksi dan mutu sektor pertanian tidak
terlepas dari penggunaan mesin-mesin industri yang mendukung sektor tersebut
seperti traktor, mesin penggiling padi dan alat semprot padi. Hasil-hasil
pertanian yang meliputi pertanian, perkebunan, perikanan, peternakan dan
kehutanan merupakan bahan mentah untuk keperluan industri. Hasil-hasil
pertanian diproses melalui proses industri menjadi bahan baku. Contohnya hasil
kayu hutan sebagai bahan baku pembuatan kertas, hasil perkebunan karet dapat
dijadikan sebagai bahan baku pembuatan ban. Industri pertanian mengalami
perkembangan yang cukup pesat dan telah memberikan konstribusi yang positif
terhadap perekonomian nasional Indonesia. Disamping dapat memenuhi kebutuhan
masyarakat, industri pertanian juga mampu memberikan sumbangan yang berarti
terhadap pendapatan negara baik dalam bentuk pajak maupun dalam bentuk devisa
dari hasil ekspor.
Persolan yang
dihadapi para petani Indonesia sekarang memang terbilang sangat komplek diantaranya :
Dampak politik agraria nasional orde baru
adalah terjadinya ketimpangan struktur penguasaan tanah pertanian, konsentrasi
penguasaan tanah dan sengketa tanah yang tidak berkesudahan. Semakin banyak
petani yang kehilangan tanah dan semakin menyempitnya tanh pertanian yang
menyebabkan usaha petani menjadi tidak bernilai ekonomi.
Sepanjang berkuasanya orde baru telah terjadi
alih fungsi lahan pertanian menjadi non pertanian secara besar-besaran. Selama
kurun waktu 10 tahun khususnya Pulau Jawa (1980-1990) telah kehilangan sekitar
1juta hektar lahan pertanian seperti untuk perumahan dan industri.
Pembangunan
dan pertanian orde baru menunjukan minimnya pengadaan sarana dan prasarana
produksi pertanian yang mudah dan murah untuk diakses petani.
Untuk itu perlu
dirumuskan program penataan produksi pertanian secara menyeluruh. Program
dimaksud meliputi :
Penguatan institusi tani lokal yang
independen untuk bekerja sama.
Menyediakan modal dengan prinsip tidak
memberatkan petani dan memperbaiki manajemen usaha tani.
Menyediakan
tanah pertanian yang cukup bagi petani kecil dan petani tak bertanah.
b. Industri Non Pertanian
Berbagai
industri yang masuk kedalam sektor non industri diantaranya industri semen,
besi baja, perakitan kendaraan bermotor, elektronika, kapal laut, pesawat
terbang dan kereta api.
Pemerintah
juga mengambil langkah yang dirintis antara lain strukturisasi wilayah-wilayah industri
seperti yang dilakukan di Pulau Batam.
D. Manfaat dan dampak
Penerapan IPTEK bagi Kelestarian Hidup
Akibat samping
pengembangan teknologi tersebut adalah timbulnya bahan pencemar yang
menyebabkan terjadinya pencemaran lingkungan, Pencemaran dapat dibagi menjadi
pencemaran air, tanah, udara dan sosial budaya.
Secara garis besar
terjadinya polusi tergantung dari empat faktor yaitu :
Jumlah penduduk
Sumber daya alam yang dipakai tiap penduduk
Jumlah polutan yang dikeluarkan oleh tiap sumber
daya alam dan,
Teknologi
yang digunakan
Timbulnya
pencemaran atau polusi erat kaitannya dengan berbagai aktivitas manusia seperti
kegiatan transportasi berupa kepulan asap, naiknya suhu udara dikota,
kebisingan dari kendaraan bermotor.
Sektor pertanian
terutama penggunaan zat-zat kimia seperti insektisida, herbisida dapat
menjadikan kepala pusing, perut mual, sesak nafas. Aktivitas industri dalam
bentuk limbah zat-zat berbahaya seperti logam berat, zat radioaktif juga dalam
bentuk kepulan asap semuanya dapat menimbulkan pencemaran lingkungan baik
udara, suara air dan tanah.
Untuk mengatasi hal
tersebut perlu beberapa upaya dalam mengulanginya baik melalui daur ulang
maupun kesadaran dari manusia sebagai pengguna teknologi untuk tidak membuang limbah
sembarangan. Pemerintah diantaranya mensyaratkan bagi setiap perusahaan
industri untuk memperhatikan dan melaksanakan AMDAL (Analisa Mengenai Dampak
Lingkungan). Tujuan AMDAL untuk menjamin tetap terpeliharanya kemampuan
lingkungan antara lain untuk menjamin tetap terpeliharanya kemampuan lingkungan
hidup guna menunjang pembangunan yang berkelanjutan. Dengan demikian AMDAL
merupakan salah satu instrumen pengelola lingkungan secara bijaksana.
Masalah lain dari
lingkungan ialah kerusakan tata lingkungan. Hal ini tak terlepas dari tingkah
laku manusia dalam mengekploitasi dan menggunaan sumber-sumber daya alam secara
tidak seimbang, seperti penebangan hutan sampai gundul, penangkapan ikan laut
sampai melampaui batas konservasi.
Indonesia sebagai
negara berkembang yang sedang giat-giatnya membangun tidak lepas juga persoalan
lingkungan hidup. Masalah yang timbul sebagai konsekuensi logis dari
pelaksanaan pembangunan disegala bidang. Untuk itu pemerintah menekankan
perlunya “Pembangunan yang berwawasan lingkungan” konsep itu memuat tiga
pikiran yaitu :
Penggunaan sumber daya alam dan manusia
secara seimbang dan bijaksana
Menunjang pembangunan yang berkesinambungan
Meningkatkan
mutu hidup yang lebih layak
E. Tanggung Jawab dalam
Menjaga Kelestarian Lingkungan Hidup
Kemajuan IPTEK
yang berkembang pesat dewasa ini maka harus dipikirkan pula aspek kelestarian
lingkungan hidupnya. Manusia sebagai pembuat teknologi harus bertanggung jawab
dalam upaya melestarikan lingkungan hidup. Sistem teknologi harus pula untuk
memecahkan masalah lingkungan seperti mengawasi pencemaran, menanggulangi
kerusakan yang ditimbulkan. Terdapat beberapa alasan mengapa perlu melakukan
pelestarian. Bumi mempunyai keterbatasan dalam luas maupun kemampuannya karena
itu bila tidak dilakukan pelestarian kemampuan bumi untuk menyediakan keperluan
manusia akan cepat berakhir.
Dengan
demikian strategi yang dikembangkan dalam pelestarian sumber daya alam hayati
meliputi perlindungan, pengawetan, dan pelestarian pemanfaatan. Pengelolaan
dalam kawasan konservasi berbentuk kawasan suaka alam, cagar alam, suaka marga
satwa, Taman Nasional, Taman Wisata, Taman Laut, Hutan pemburuan dan Hutan
Lindung.
III. Indonesi di Tengah
Perubahan Dunia ke Arah Globalisasi di Bidang Teknologi
A. Globalisasi Teknologi
Globalisasi
merupakan sebuah istilah yang muncul sekitar dua puluh tahunan yang lalu, dan
mulai begitu populer sebagai ideologi baru sekitar sepuluh tahun terakhir.
Sebagai istilah globalisasi begitu mudah diterima atau dikenal masyarakat
seluruh dunia. Wacana globalisasi sebagai suatu proses ditandai dengan pesatnya
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga ia mampu mengubah dunia
secara mendasar. Gejala yang menonjol sebagai dampak dari globalisasi informasi
dan komunikasi serta transportasi adalah terjadinya perubahan budaya dalam
masyarakat tradisional yakni perubahan dari masyarakat tertutup menjadi
masyarakat yang lebih terbuka.
Transformasi
budaya global memang tidak bisa dibendung tetapi bukan berarti desakan penetrasi
budaya asing itu tidak bisa disaring untuk dipilih sesuai dengan nilai-nilai
budaya kita. Karena itu diperlukan sekali ketahan mental dan spiritual
masyarakat agar tidak mudah terbawa dalam arus budaya asing yang sering kali
tidak cocok dengan budaya ketimuran kita.
B. Perkembangan IPTEK di Indonesia.
Ilmu
pengetahuan dan teknologi di Indonesia mengalami perkembangan sejak
industrialisasi modernisasi pertanian, perubahan sosial budaya yang sering
terjadi dalam masyarakat Indonesia dan perkembangan IPTEK di dunia telah
mendorong berkembangnya IPTEK modern di Indonesia. Lembaga keilmuan seperti
LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) badan ini bertugas merumuskan,
mengamati, mengarahkan dan mengendalikan kegiatan riset dan teknologi di
Indonesia. Pada masa orde baru mulai dikembangkan kerangka matrik Nasional
Riset dan Teknologi dalam rangka kebijakan Nasional pengembangan IPTEK.
Selain
ilmu pengetahuan alam dan teknologi Indonesia juga mengembangkan ilmu
pengetahuan sosial dan humaniora, namun antara ilmu sosial dan humaniora itu
hanya ilmu ekonomi yang berperan besar dalam perencanaan pembangunan nasional.
Di dalam masyarakat maupun pemerintah secara umum manfaat ilmu sosial dan
humaniora dianggap lebih rendah dibandingkan dengan IPTEK karena pembuktian
material yang sulit dilakukan atau memerlukan waktu yang lama. Inovasi
teknologi modern pada tingkat lokal masih sangat terbatas, hal ini dapat
dilihat pada teknologi yang digunakan diberbagai pabrik dan kegiatan industri
lainnya, bersamaan dengan meningkatnya penanaman modal asing dan dalam negeri
pada tahun 1967. Biarpun mengalami
kemajuan yang penting sejak tahun 1969 Indonesia lebih banyak
mengerjakan lisensi teknologi khususnya Jepang daripada menghasilkan teknologi
sampai tahun 1990-an.
Perkembangan
IPTEK di Indonesia ternyata berhadapan dengan berbagai pilihan. Selama PJP I
dan awal PJP II pemasyarakatan IPTEK modern tidak selalu harmonis dengan
kenyataan sosial, budaya, politik dan ekonomi masyarakat serta negara secara
keseluruhan. Akibatnya sering terjadi kesulitan dalam menentukan jenis atau
tingkat pengetahuan dan teknologi yang cocok, tepat dan berguna untuk
dikembangkan di dalam masyarakat Indonesia. Perkembangan IPTEK di Indonesia
tidak didukung oleh kenaikan minat baca di negara-negara lain, minat baca
masyarakat Indonesia sangat rendah sampai tahun 1990-an bahkan sampai sekarang.
Akibatnya tingkat produktivitas sumber daya manusia Indonesia masih rendah
dibandingkan dengan sebagian besar negara di Asia bahkan ASEAN.
Pemanfaatan
berbagai teknologi tinggi pada beberapa jenis industri, seperti baja,
obat-obatan kimia, tenaga listrik, otomotif, elektronika, tekstil, minyak dan
gas bumi, kayu lapis, galangan kapal, kereta api dan pesawat terbang
menempatkan Indonesia sebagai salah satu negara yang mampu bersentuhan langsung
dengan teknologi tinggi dalam sektor industri menjelang akhir abad XX.
Upaya
menerapkan berbagai hasil inovasi teknologi modern ke dalam industri kecil
mengalami hambatan seperti masalah modal, keahlian dan tidak sebandingnya
antara biaya yang dikeluarkan dengan harga pasar. Oleh sebab itu industri kecil
dalam negeri sulit bersaing dengan produsen besar maupun menengah dalam negeri
dan luar negeri. Penerapan berbagai teknologi
modern dalam sektor industri memberi kesempatan kepada bangsa Indonesia
untuk menguasai berbagai jenis teknologi modern Industrialisasi sekaligus
menjadi media yang penting dalam proses alih teknologi. Tidak mengherankan jika
beberapa produk elektronik dan otomotif yang berasal dari negara lain seperti
Jepang seolah-olah sudah merupakan produk dalam negeri sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar