A. Pengertian Nasionalisme
Pengertian Nasionalisme. Nasionalisme adalah suatu sikap politik dari masyarakat suatu bangsa yang mempunyai kesamaan kebudayaan, dan wilayah serta kesamaan cita-cita dan tujuan, dengan demikian masyarakat suatu bangsa tersebut merasakan adanya kesetiaan yang mendalam terhadap bangsa itu sendiri. Sikap mencintai bangsa atau Negara muncul karena adanya kesadaran setiap orang bersama-sama untuk mencapai, mempertahankan dan mengabdikan identitas, integritas, kemakmuran dan kekuatan bangsa. Terdapat dua konsep penting yang terkandung dalam pengertian dari nasionalisme yakni terbentuknya Negara dan persatuan bangsa. Pengertian Negara dan bangsa dalam hal ini secara umum mengacu kepada sekelompok individu yang :
1.
Memiliki cita-cita
bersama
2.
Memiliki sejarah hidup
yang sama sehingga terciptanya rasa senasib.
3.
Memiliki adat budaya dan
kebiasaan yang sama.
4.
Menempati suatu wilayah
tertentu yang merupakan kesatuan wilayah,
5. Terorganisir dalam suatu pemerintahan yang berdaulat yang berlandasan hukum.
baca juga soal latihan pergerakan nasional
1.
Latar Belakang Munculnya
Nasionalisme.
Lahirnya nasionalisme
bangsa Indonesia didorong oleh dua faktor, baik faktor intern maupun faktor
ekstern.
Baca juga ; Materi Istilah-Istilah Sejarah
FAKTOR INTERN ( Faktor dari dalam negeri)
Penderitaan monopoli
perdagangan, sistem tanam paksa, dan kerja rodi merupakan bencana bagi rakyat
Indonesia, yang menimbulkan perasaan senasib sepenanggungan yang memunculkan
kesadaran nasionalnya untuk menggalang persatuan.
Nusantara sebagai bangsa
telah mengalami zaman keemasan pada masa kebesaran Majapahit dan Sriwijaya. Hal
ini dapat menggugah perasaan nasionalisme golongan terpelajar pada dekade awal
abad XX.
3. Pengaruh Perkembangan Pendidikan Barat di Indonesia
Melalui politik etis
atau Politik Balas Budi yang terdiri 1. Edukasi 2. Irigasi dan Migrasi
(Transmigrasi) bangsa Indonesia mengenal pendidikan barat. Walaupun sebenarnya
untuk kepentingan Penjajah tetapi ada hasil sampingnya di Indonesia muncul
golongan terpelajar.
4 .Pengaruh
Perkembangan Pendidikan Islam di Indonesia
Perkembangan pendidikan
di Indonesia juga banyak diwarnai oleh pendidikan yang dikelola umat Islam. Ada
tiga macam jenis pendidikan Islam di Indonesia yaitu pendidikan di surau atau
langgar, pesantren, dan madrasah.
5. Pengaruh
Perkembangan Pendidikan Kebangsaan di Indonesia
Adanya diskriminasi
dalam pendidikan kolonial dan tidak adanya kesempatan bagi penduduk pribumi
untuk mengenyam pendidikan, mendorong kaum terpelajar untuk mendirikan sekolah
untuk kaum pribumi. Sekolah ini juga dikenal sebagai sekolah kebangsaan.
Tokoh-tokoh pribumi yang mendirikan sekolah kebangsaan antara lain Ki Hajar
Dewantara mendirikan Taman Siswa, Douwes Dekker mendirikan Ksatrian School, dan
Moh. Syafei mendirikan perguruan Indonesische Nederlandsche School Kayu Tanam
(INS Kayu Tanam).
6. Dominasi
Ekonomi Kaum Cina di Indonesia
Ketika keturunan Cina
mendirikan perguruan sendiri yakni Tionghoa Hwee Kwan pada tahun 1901,pedagang
pribumi kesal kepada pedagag non pribumi. Kekesalan tersebut diciptakan oleh
Belanda untuk menimbulkan rasa iri hati rakyat Indonesia kepada keturunan Cina.
Cina diberi kesempatan untuk menguasai bisnis eceran, pertokoan, dan menjadi
kolektor pajak dari pemerintah Belanda. Peristiwa itu membangkitkan persatuan
yang kokoh di antara sesama pedagang pribumi untuk menghadapi secara bersama
pengaruh dari pedagang Cina.
7. Peranan Bahasa Melayu
Dalam system perdagangan
antar pulau di Indonesia bahasa Melayu menjadi bahasa pergaulan umum (Lingua Franca) . Dalam
perkembangannya, bahasa Melayu berubah menjadi bahasa persatuan nasional
Indonesia. Dengan posisi sebagai bahasa pergaulan, bahasa Melayu menjadi sarana
penting untuk menyosialisasikan semangat kebangsaan dan nasionalisme ke seluruh
pelosok Indonesia.
8. Istilah Indonesia sebagai Identitas Nasional
Istilah ‘Indonesia‘
berasal dari kata Indie (bahasa Latin untuk Hindia) dan kata nesos (bahasa
Yunani untuk kepulauan), sehingga kata Indonesia berarti Kepulauan Hindia.
Istilah Indonesia, Indonesisch dan Indonesier makin tersebar luas pemakaiannya
setelah banyak dipakai oleh kalangan ilmuwan seperti James Richadson Logan,
Adolf Bastian, van Vollen Hoven, Snouck Hurgronje, dan lain-lain. Waktu itu
para mahasiswa Hindia Belanda yang kuliah di negeri Belanda menggunakan istilah
Indonesia untuk organisasinya yaitu Perhimpunan Indonesia (PI) yang segera
diikuti organisasi lain
baca juga latihan soal : Pergerakan Nasional Part I dan Pergerakan Nasional Part 2
FAKTOR EKSTERN (FAKTOR DARI LUAR NEGERI)
1. Pengaruh Kemenangan Jepang atas Rusia
Kemenangan Jepang atas
Rusia 1904-1905 membalik mitos bahwa orang kulit berwarna ditakdirkan menjadi
budak orang kulit putih. Selama ini sudah menjadi suatu anggapan umum jika
keperkasaan Eropa (bangsa kulit putih) menjadi simbol superioritas atas
bangsa-bangsa lain dari kelompok kulit berwarna. Hal ini memberikan semangat
juang terhadap para pelopor pergerakan nasional di Indonesia.
2. Pengaruh Partai Kongres India
Dalam melawan Inggris di
India, kaum pergerakan nasional di India membentuk All India National Congress
(Partai Kongres India). Di bawah kepemimpinan Mahatma Gandhi, partai ini
kemudian menetapkan garis perjuangan yang meliputi Swadesi, Ahimsa, Satyagraha,
dan Hartal. Keempat ajaran Ghandi ini, terutama Satyagraha mengandung makna
yang memberi banyak inspirasi terhadap perjuangan di Indonesia.
3 . Pengaruh
Nasionalisme Filipina di bawah Jose Rizal
Filipina merupakan
jajahan Spanyol yang berlangsung sejak 1571 – 1898. Dalam perjalanan sejarah
Filipina muncul sosok tokoh yang bernama Jose Rizal yang merintis pergerakan
nasional dengan mendirikan Liga Filipina.
4. Pengaruh Gerakan Nasionalisme Cina
Tokoh nasionalis China Dr
Sun Yat Sen merintis nasionalisme China dengan Refolusi Doble Ten (10-10-1911)
yang popular dengan nama Wuchang Day. Sun Yat Sen untuk melawan kebiadaban Dinasti
Manchu (Dinasti Ching) memerintah di Cina sejak tahun 1644 sampai 1912 yang
dianggap dynasty asig dan imperalis barat menggunakan Ajaran San Min Chu I (3
sendi kedaulatan) yang terdiri Nasionalisme, Sosialisme dan Demokrasi
5 . Pengaruh Gerakan Turki Muda
Gerakan nasionalisme di
Turki pada tahun 1908 dipimpin oleh Mustafa Kemal Pasha. Gerakannya dinamakan
Gerakan Turki Muda. Ia menuntut adanya pembaruan dan modernisasi di segala
sektor kehidupan masyarakatnya. Gerakan Turki Muda memberikan pengaruh politis bagi
pergerakan bangsa Indonesia sebab mengarah pada pembaruan-pembaruan dan
modernisasi.
B. MASA PERGERAKAN NASIONAL
Masa pergerakan nasional
di Indonesia ditandai dengan berdirinya organisasi-organisasi pergerakan. Masa
pergerakan nasional (1908 – 1942), dibagi dalam tiga tahap berikut.
1.
Masa penyusunan (1908 –
1920) berdiri organisasi seperti Budi Utomo, Sarekat Islam, dan Indische
Partij.
2.
Masa
radikal/nonkooperasi (1920 – 1930), berdiri organisasi seperti Partai Komunis
Indonesia (PKI), Perhimpunan Indonesia (PI), dan Partai Nasional Indonesia
(PNI).
3. Masa moderat/kooperasi (1930 – 1942), berdiri organisasi seperti Parindra, Partindo, dan Gapi. Di samping itu juga berdiri organisasi keagamaan, organisasi pemuda, dan organisasi perempuan.
C. ORGANISASI PADA MASA PERGERAKAN NASIONAL
1.
Budi Utomo (BU)
Pada tahun 1906 Mas
Ngabehi Wahidin Sudirohusodo, merintis mengadakan kampanye menghimpun dana
pelajar (Studie Fund) di kalangan priyayi di Pulau Jawa. Upaya dr. Wahidin ini
bertujuan untuk meningkatkan martabat rakyat dan menolong para pelajar yang
kekurangan dana. Dari kampanye hal yang demikian hasilnya pada tanggal 20 Mei
1908 berdiri organisasi Budi Utomo dengan ketuanya Dr. Sutomo. Organisasi Budi
Utomo artinya usaha mulia. Pada mulanya Budi Utomo bukanlah sebuah partai
politik. Tujuan utamanya yaitu kemajuan bagi Hindia Belanda. Mengontrol ini
nampak dari tujuan yang hendak ditempuh yakni perbaikan pembelajaran di
sekolah-sekolah, mendirikan badan wakaf yang mengumpulkan tunjangan untuk
kepentingan belanja buah hati-si kecil mencari ilmu, membuka sekolah pertanian,
memajukan teknik dan industri, menghidupkan kembali seni dan kebudayaan bumi
putera, dan menjunjung tinggi cita-cita kemanusiaan dalam rangka menempuh
kehidupan rakyat yang sesuai.
Kongres Budi Utomo yang
pertama berlangsung di Yogyakarta pada tanggal 3 Oktober – 5 Oktober 1908.
Kongres ini dihadiri beberapa cabang yaitu Bogor, Bandung, Yogya I, Yogya II,
Magelang, Surabaya, dan Batavia. Dalam kongres yang pertama berhasil diputuskan
sebagian hal berikut.
1.
Tak jangkauan geraknya
terhadap penduduk Jawa dan Madura.
2.
Membentuk melibatkan
diri dalam politik.
3.
Bidang aktivitas ialah
bidang pengajaran dan kultur.
4.
Hasilnya pengurus besar
organisasi yang diketuai oleh R.T. Tirtokusumo.
5.
Merumuskan tujuan utama
Budi Utomo merupakan kemajuan yang selaras untuk negara dan bangsa.
Terpilihnya R.T.
Tirtokusumo yang seorang bupati sebagai ketua terbukti dialamatkan supaya lebih
memberikan kekuatan pada Budi Utomo. Kedudukan bupati memberi akibat positif
dalam rangka menggalang dana dan keanggotaan dari Budi Utomo. Untuk usaha
memantapkan eksistensi Budi Utomo diusahakan untuk langsung menerima badan tata
tertib dari pemerintah Belanda. Mengatur ini terealisasi pada tanggal 28
Desember 1909, anggaran dasar Budi Utomo dilegalkan.Serta meletus Perang Dunia
I tahun 1914, Budi Utomo mulai terjun dalam bidang politik.
2.
Sarekat Islam (SI)
Pada mulanya Sarekat
Islam ialah sebuah perkumpulan para pedagang yang bernama Sarekat Dagang Islam
(SDI). Pada tahun 1911, SDI didirikan di kota Solo oleh H. Samanhudi sebagai
suatu koperasi pedagang batik Jawa. Garis yang diambil oleh SDI merupakan
kooperasi, dengan tujuan memajukan perdagangan Indonesia di bawah panji-panji
Islam. Keanggotaan SDI masih terbatas pada ruang lingkup pedagang, karenanya
tidak mempunyai anggota yang cukup banyak. Oleh karena itu supaya mempunyai
anggota yang banyak dan luas ruang lingkupnya, maka pada tanggal 18 September
1912, SDI diubah menjadi SI (Sarekat Islam).
Organisasi Sarekat Islam
(SI) didirikan oleh sebagian tokoh SDI seperti H.O.S Cokroaminoto, Abdul Muis,
dan H. Agus Salim. Sarekat Islam berkembang pesat sebab gigih agama Islam.
Latar belakang ekonomi berdirinya Sarekat Islam ialah:
1.
perlawanan kepada para
pedagang perantara (penyalur) oleh orang Cina,
2.
isyarat pada umat Islam
bahwa telah tiba waktunya untuk menampakkan dayanya, dan
3.
membuat front melawan
semua penghinaan kepada rakyat bumi putera.
Tujuan yang akan
ditempuh Syarekat Islam sesuai dengan anggaran dasarnya ialah:
1.
mengoptimalkan jiwa
berdagang,
2.
memberi bantuan kepada
anggotanya yang mengalami kesukaran,
3.
memajukan pendidikan dan
semua yang mempercepat naiknya derajat bumi putera,
4.
membantah
pendapat-anggapan yang keliru seputar agama Islam,
5.
tidak bergerak dalam
bidang politik, dan
6.
menggalang persatuan
umat Islam hingga saling bantu membantu.
Kecepatan tumbuhnya SI
bagaikan meteor dan meluas secara horizontal. SI adalah organisasi massa
pertama di Indonesia. Antara tahun 1917 hingga dengan 1920 amat terasa
pengaruhnya di dalam politik Indonesia. Untuk menyebarkan propaganda
perjuangannya, Sarekat Islam menerbitkan surat isu yang bernama Utusan Hindia.
Pada tanggal 29 Maret
1913, para pemimpin SI mengadakan pertemuan dengan Gubernur Jenderal Idenburg
untuk memperjuangkan SI berbadan tata tertib. Jawaban dari Idenburg pada
tanggal 29 Maret 1913, yaitu SI di bawah pimpinan H.O.S Cokroaminoto tak
dikasih badan tata tertib. Ironisnya yang memperoleh pengakuan pemerintah
kolonial Belanda (Gubernur Jenderal Idenburg) justru cabang-cabang SI yang ada
di tempat. Ini suatu strategi pemerintah kolonial Belanda dalam memecah belah
persatuan SI. Tiap perpecahan muncul dari pandangan yang berbeda antara H.O.S
Cokroaminoto dengan Semaun mengenai kapitalisme. Akhirnya Semaun yang memiliki
pandangan sosialis, bergandeng dengan kapitalis adalah haram. Dalam kongres SI
yang dilaksanakan tahun 1921, dikuasai adanya disiplin partai rangkap member.
Tindakan anggota SI tidak boleh merangkap sebagai member organisasi lain
khususnya yang beraliran komunis. Saat SI pecah menjadi dua adalah SI Putih dan
SI Merah.
1.
SI Putih, yang tetap
berlandaskan nasionalisme dan Islam. Dipimpin oleh H.O.S. Cokroaminoto, H. Agus
Salim, dan Suryopranoto yang berpusat di Yogyakarta.
2.
SI Merah, yang berhaluan
sosialisme kiri (komunis). Dipimpin oleh Semaun, yang berfokus di Semarang.
Dalam kongresnya di
Madiun, SI Putih berganti nama menjadi Partai Sarekat Islam (PSI). Kemudian
pada tahun 1927 berubah lagi menjadi Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII).
Sementara itu, SI Sosialis/Komunis berganti nama menjadi Sarekat Rakyat (SR)
yang merupakan penyokong kuat Partai Komunis Indonesia (PKI).
3.
Indische Partij (IP)
IP didirikan pada
tanggal 25 Desember 1912 di Bandung oleh tokoh Tiga Serangkai, adalah E.F.E
Douwes Dekker, Dr. Cipto Mangunkusumo, dan Suwardi Suryaningrat. Pendirian IP
ini dialamatkan untuk mengganti Indische Bond yang yakni organisasi orang-orang
Indo dan Eropa di Indonesia. IP sebagai organisasi campuran menginginkan adanya
kerja sama orang Indo dan bumi putera. Perlu diketahui bahwa E.F.E Douwes
Dekker dilahirkan dari keturunan campuran, ayah Belanda, ibu seorang Indo.
Indische Partij merupakan satu-satunya organisasi pergerakan yang secara
terang-terangan bergerak di bidang politik dan ingin mencapai Indonesia
merdeka. Tujuan Indische Partij ialah untuk membangunkan patriotisme semua
indiers terhadap tanah air. IP memakai media majalah Het Tijdschrifc dan surat
berita ‘De Expres’ pimpinan E.F.E Douwes Dekker sebagai sarana untuk
membangkitkan rasa kebangsaan dan cinta tanah air Indonesia. Tujuan dari partai
ini benar-benar revolusioner karena berharap mendobrak kenyataan politik rasial
yang dijalankan pemerintah kolonial.
Meski itu
pemerintah Belanda akan mengadakan peringatan 100 tahun bebasnya Belanda dari
tangan Napoleon Bonaparte (Prancis). Perayaan ini direncanakan diperingati juga
oleh pemerintah Hindia Belanda. Pencetus suatu yang kurang tepat di mana suatu
negara penjajah melaksanakan upacara peringatan pembebasan dari penjajah pada
suatu bangsa yang dia sebagai penjajahnya. Mengendalikan yang ironis ini
mendatangkan cemoohan termasuk dari para pemimpin Indische Partij. R.M. Suwardi
Suryaningrat menulis artikel bernada sarkastis yang berjudul ‘Als ik een
Nederlander was’, Andaikan aku seorang Belanda. Sejajar dari tulisan itu R.M.
Suwardi Suryaningrat ditangkap. Menyusul sarkasme dari Dr. Cipto Mangunkusumo
yang dimuat dalam De Express tanggal 26 Juli 1913 yang dikasih judul Kracht of
Vrees?, berisi seputar kekhawatiran, tenaga, dan ketakutan. Dr. Tjipto malahan
dicokok, yang membikin rekan dalam Tiga Serangkai, E.F.E. Douwes Dekker ikut
serta serta mengkritik dalam artikelnya di De Express tanggal 5 Agustus 1913
yang berjudul Onze Helden: Tjipto Mangoenkoesoemo en Soewardi Soerjaningrat,
Pahlawan kita: Tjipto Mangoenkoesoemo dan Soewardi Soerjaningrat.
Kecaman-kecaman yang menentang pemerintah Belanda menyebabkan ketiga tokoh dari
Indische Partij ditangkap. Pada tahun 1913 mereka diasingkan ke Belanda. Lewat
pada tahun 1914 Cipto Mangunkusumo dikembalikan ke Indonesia sebab sakit.
Semboyan Suwardi Suryaningrat dan E.F.E. Douwes Dekker baru kembali ke
Indonesia pada tahun 1919. Suwardi Suryaningrat terjun dalam dunia pendidikan,
dikenal sebagai Ki Hajar Dewantara, mendirikan perguruan Taman Siswa. E.F.E
Douwes Dekker juga mengabdikan diri dalam dunia pendidikan dan mendirikan
yayasan pengajaran Ksatrian Institute di Sukabumi pada tahun 1940. Dalam
perkembangannya, E.F.E Douwes Dekker dicokok lagi dan dibuang ke Suriname,
Amerika Latin.
4.
Perhimpunan Indonesia
dan Manifesto Politik
Pada tahun 1908 di
Belanda berdiri sebuah organisasi yang bernama Indische Vereeniging. Lewat
penyusunan organisasi ini ialah Sutan Kasayangan Soripada dan RM Noto Suroto.
Para mahasiswa lain yang terlibat dalam organisasi ini merupakan R. Pandji
Sosrokartono, Gondowinoto, Notodiningrat, Abdul Rivai, Radjiman Wediodipuro
(Wediodiningrat), dan Brentel. Tujuan dibentuknya Indische Vereeniging
merupakan untuk memajukan kepentingan bersama dari orang-orang yang berasal
dari Indonesia. Kedatangan tokoh-tokoh Indische Partij seperti Cipto
Mangunkusumo dan Suwardi Suryaningrat, sungguh-sungguh memberi dampak
perkembangan Indische Vereeniging. Masuk konsep “Hindia Bebas” dari Belanda,
dalam pembentukan negara Hindia yang disuruh oleh rakyatnya sendiri. Perasaan
anti-kolonialisme kian nampak setelah ada seruan Presiden Amerika Serikat
Woodrow Wilson seputar kebebasan dalam menentukan nasib sendiri pada
negara-negara terjajah (The Right of Self Determination). Dalam upaya
berkecimpung lebih jauh, organisasi ini mempunyai media komunikasi yang berupa
majalah Hindia Poetra. Pada rapat biasa bulan Januari 1923, Iwa Kusumasumantri
sebagai ketua baru memberi penjelasan bahwa organisasi yang sudah diberesi ini
mempunyai tiga asas pokok yang disebut juga Manifesto Politik, ialah:
1.
Indonesia berharap
memutuskan nasib sendiri,
2.
agar dapat menetapkan
nasib sendiri, bangsa Indonesia mesti mengandalkan energi dan kecakapan
sendiri.
3.
Dan dengan tujuan
melawan Belanda bangsa Indonesia wajib bersatu.
Mengikuti Indische
Vereeniging kian tegas dan radikal, dan sudah berkembang ke arah politik.
Bayangan dengan kian meluasnya penerapan nama Indonesische, dirasa perlu untuk
mengubah nama organisasi menjadi Indonesische Vereeniging pada tahun 1924.
Majalah Hindia Poetra pun ikut berubah nama menjadi Indonesia Merdeka.
Mengikuti rapat pada tanggal 3 Februari 1925 kesudahannya Indonesische
Vereeniging diganti menjadi Perhimpunan Indonesia (PI). Meski “Indonesia
Merdeka” telah menjadi semboyan walaupun mengatakannya dengan Bahasa Belanda.
Mencontoh media “Indonesia Merdeka” dan aktivitas internasional, dunia
internasional mengetahui aktivitas pengorbanan para pemuda Indonesia. Berikut
ini aktivitas-kesibukan internasional yang dicontoh oleh PI.
1926.
Infiltrasi Kongres ke-6
Liga Demokrasi Internasional untuk Walhasil di Paris pada tahun 1926. Delegasi
Perhimpunan Indonesia dipimpin oleh Mohammad Hatta.
Penyusupan Kongres I
Liga Penentang Imperialisme dan Penindasan Kolonial di Berlin pada tahun 1927,
mengirimkan Mohammad Hatta, Nasir Pamuncak, Batot, dan Achmad Subardjo. Dalam
perjalanannya Perhimpunan Indonesia mengalami banyak tekanan dari pemerintah
Belanda, lebih-lebih sesudah terjadi pemberontakan Partai Komunis Indonesia
pada tahun 1926
5. Partai Komunis Indonesia
(PKI)
Partai Komunis Indonesia
(PKI) secara sah berdiri pada tanggal 23 Mei 1920. Berdirinya PKI tak terlepas
dari ajaran Marxis yang dibawa oleh Sneevliet. Mahir bersama teman-sahabatnya
seperti Brandsteder, H.W Dekker, dan P. Bergsma, mendirikan Indische Social
Democratische Vereeniging (ISDV) di Semarang pada tanggal 4 Mei 1914.
Tokoh-tokoh Indonesia yang bergabung dalam ISDV antara lain Darsono, Semaun,
Alimin, dan lain-lain. PKI terus berusaha menerima simpati dari masyarakat. Salah
satu upaya yang ditempuhnya merupakan melakukan infiltrasi dalam tubuh Sarekat
Islam.
PKI berkembang cepat
karena :
1.
Propagandanya yang
betul-betul menarik.
2.
Menetapkan pemimpin yang
berjiwa kerakyatan.
3.
Aktivitas merebut massa
rakyat yang tergabung dalam partai lain.
4.
Sikapnya yang tegas
terhadap pemerintah kolonial dan kapitalis.
5.
Di kalangan rakyat
terdapat keinginan bahwa PKI bisa menggantikan Ratu Adil.
Organisasi PKI makin
kuat saat pada bulan Februari 1923 Darsono kembali dari Moskow. Ditambah dengan
tokoh-tokoh Alimin dan Musso, karenanya peranan politik PKI semakin luas. Pada
tanggal 13 November 1926, Partai Komunis Indonesia mengadakan pemberontakan di
Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Pemberontakan ini betul-betul
sia-sia karena massa sama sekali tak siap di samping organisasinya masih kacau.
Untuk ke bagian I klik : 50 SOAL UAS PILIHAN GANDA AGAMA ISLAM (AQIDAH AKHLAQ) DAN JAWABANNYA Part I
6.
Partai Nasional
Indonesia (PNI)
Berdirinya partai-partai
dalam pergerakan nasional banyak bermula dari studie club. Salah satunya yaitu
Partai Nasional Indonesia (PNI). Partai Nasional Indonesia (PNI) yang lahir di
Bandung pada tanggal 4 Juli 1927 tidak terlepas dari keberadaan Algemeene
Studie Club. Lahirnya PNI juga dilatarbelakangi oleh kondisi sosio politik yang
rumit. Pemberontakan PKI pada tahun 1926 membangkitkan semangat untuk membentuk
kekuatan baru dalam menghadapi pemerintah kolonial Belanda. Rapat pendirian
partai ini dihadiri Ir. Soekarno, Dr. Cipto Mangunkusumo, Soedjadi, Mr. Iskaq
Tjokrodisuryo, Mr. Budiarto, dan Mr. Soenarjo. Pada permulaan berdirinya, PNI
berkembang benar-benar cepat karena disupport oleh elemen-faktor berikut.
1.
Pergerakan yang ada
lemah sehingga kurang bisa menggerakkan massa.
2.
PKI sebagai partai massa
telah dilarang.
3.
Propagandanya menarik
dan memiliki orator ulung yang bernama Ir. Soekarno (Bung Karno).
Untuk mengobarkan
motivasi perjuangan nasional, Bung Karno mengeluarkan Trilogi sebagai pegangan
pengorbanan PNI. Trilogi hal yang demikian mencakup kesadaran nasional, kemauan
nasional, dan perbuatan nasional. Tujuan PNI yakni mencapai Indonesia merdeka. Untuk
mencapai tujuan tersebut, PNI menerapkan tiga asas adalah self help (berjuang
dengan usaha sendiri) dan nonmendiancy, sikapnya kepada pemerintah juga
antipati dan nonkooperasi. Dasar perjuangannya yaitu marhaenisme. Kongres
Partai Nasional Indonesia yang pertama diadakan di Surabaya, tanggal 27 – 30
Mei 1928. Kongres ini menetapkan beberapa hal berikut.
1.
Susunan program yang
meliputi:
2.
bidang politik untuk
mencapai Indonesia merdeka,
3.
bidang ekonomi dan
sosial untuk memajukan pelajaran nasional.
4.
Tetapi garis perjuangan
yang dianut merupakan nonkooperasi.
5.
Melainkan garis politik
mengkoreksi kondisi politik, ekonomi dan sosial dengan daya sendiri, antara
lain dengan mendirikan sekolah-sekolah, poliklinik-poliklinik, bank nasional,
perkumpulan koperasi, dan sebagainya.
Peranan PNI dalam
pergerakan nasional Indonesia sangat besar. Menyadari perlunya pernyataan semua
potensi rakyat, PNI memelopori berdirinya Permufakatan Perhimpunan-Perhimpunan
Politik Kebangsaan Indonesia (PPPKI). PPPKI dicontoh oleh PSII (Partai Sarekat
Islam Indonesia), Budi Utomo, Pasundan, Sumatranen Bond, Kaum Betawi,
Indonesische Studi Club, dan Algemeene Studie Club. Berikut ini ada dua macam
perbuatan yang dijalankan untuk memperkokoh diri dan berimbas di masyarakat.
1.
Ke dalam, mengadakan usaha-usaha
dari dan untuk lingkungan sendiri seperti mengadakan kursus-kursus, mendirikan
sekolah, bank dan sebagainya.
2.
Keluar, dengan
memperkuat opini publik kepada tujuan PNI antara lain melewati rapat-rapat awam
dan penerbitan surat kabar Banteng Priangan di Bandung, dan Persatuan Indonesia
di Jakarta.
Mencontoh PNI ini pesat
menarik massa dan hal ini betul-betul mencemaskan pemerintah kolonial Belanda.
Pengawasan kepada aktivitas politik dilakukan semakin ketat bahkan dengan
tindakantindakan penggeledahan dan penangkapan. Dengan berkembangnya desas
desus bahwa PNI akan mengadakan pemberontakan, karenanya empat tokoh PNI yaitu
Ir. Soekarno, R. Gatot Mangkuprojo, Markun Sumodiredjo, dan Supriadinata
ditangkap dan dijatuhi sanksi oleh pengadilan Bandung. Dalam proses peradilan
itu, Ir. Soekarno dengan kejagoannya melaksanakan advokasi yang diberikan judul
“Indonesia Menggugat”. Penangkapan terhadap para tokoh pemimpin PNI merupakan
pukulan berat dan menggoyahkan keberlangsungan partai. Dalam suatu kongres luar
umum yang diadakan di Jakarta pada tanggal 25 April 1931, diambil keputusan
untuk membubarkan PNI. Pembubaran ini memunculkan pro dan kontra. Mr. Sartono
kemudian mendirikan Partindo. Mereka yang tak setuju dengan pembubaran masuk
dalam Sejak Nasional Indonesia (PNI Pengorbanan) yang didirikan oleh Drs.
Mohammad Hatta dan Sutan Syahrir. Melainkan Partindo maupun PNI Pengorbanan,
masih menerapkan asas PNI yang lama yaitu self help dan nonkooperasi. Lewat di
antara keduanya terdapat perbedaan dalam hal strategi pengorbanan. PNI
Perjuangan lebih mengutaman pendidikan politik dan sosial, padahal Partindo
mengutamakan aksi massa sebagai senjata yang tepat untuk mencapai kemerdekaan.
7.
Permufakatan
Perhimpunan-Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia (PPPKI)
PPPKI dibentuk di
Bandung pada tanggal 17 – 18 Desember 1927. Beranggotakan organisasi-organisasi
seperti Partai Sarekat Islam Indonesia (PSII), Budi Utomo (BU), PNI, Pasundan,
Sumatranen Bond, Kaum Betawi, dan Kaum Studi Indonesia. Tujuan dibentuknya
PPPKI ialah:
1.
menghindari seluruh
perselisihan di antara anggota-anggotanya;
2.
menyatukan organisasi,
arah, serta metode beraksi dalam pengorbanan kemerdekaan Indonesia; dan
3.
mengembangkan persatuan
kebangsaan Indonesia.
8.
Partai
Indonesia (Partindo)
Setelah Ir. Soekarno
yang menjadi tokoh dalam PNI ditangkap pada tahun 1929, maka PNI pecah menjadi
dua yakni Partindo dan PNI Pengorbanan. Partindo didirikan oleh Sartono pada
tahun 1929. Berdasarkan awal berdirinya Partindo memiliki banyak member dan
terjun dalam aksi-aksi politik menuju Indonesia Merdeka. Dasar Partindo sama
dengan PNI adalah nasional. Tujuannya yakni menempuh Indonesia merdeka. Asasnya
malahan juga sama ialah self help dan nonkooperasi. Partindo kian kuat setelah
Ir. Soekarno bergabung ke dalamnya pada tahun 1932, sesudah dibebaskan dari
penjara. Melewati, karena kesibukan-kegiatannya yang sangat radikal menyebabkan
pemerintah mengerjakan pengawasan yang cukup ketat. Awam tak dapat berkembang,
maka tahun 1936 Partindo bubar.
9.
Partai
Indonesia Raya (Parindra)
Parindra didirikan di
kota Solo oleh dr. Sutomo pada tanggal 26 Desember 1935. Parindra yaitu fusi
dan Budi Utomo dan Persatuan Bangsa Indonesia (PBI). Tujuan Parindra ialah
menempuh Indonesia Raya. Asas politik Parindra ialah insidental, artinya tak
berpegang pada asas kooperasi ataupun nonkooperasi. Sikapnya kepada pemerintah
tergantung pada situasi dan situasi yang dihadapi, jadi luwes. Tokoh-tokoh
Parindra yang familiar dalam membela kepentingan rakyat di volksraad ialah Moh.
Husni Thamrin. Parindra berjuang supaya wakil-wakil volksraad kian bertambah
sehingga suara yang berkaitan dengan upaya menempuh Indonesia merdeka kian
dilihat oleh pemerintah Belanda. Digagas Parindra dalam volksraad cukup
berhasil, terbukti pemerintah Belanda mengganti istilah inlandeer menjadi
Indonesier.
10. Gerakan Rakyat Indonesia (Gerindo)
Gerakan Rakyat Indonesia
(Gerindo) didirikan di Jakarta pada tanggal 24 Mei 1937 oleh orang-orang bekas
Partindo. Tokoh-tokohnya antara lain Sartono, Sanusi Pane, dan Moh. Yamin. Dasar
dan tujuannya ialah nasional dan mencapai Indonesia Merdeka. Gerindo juga
menganut asas insidental yang sama dengan Parindra. Tujuan Gerindo antara lain:
1.
mencapai Indonesia
Merdeka,
2.
memperkokoh ekonomi
Indonesia,
3.
mengangkat kesejahteraan
kaum buruh, dan
4.
memberi bantuan bagi
kaum pengangguran.
11. Gabungan Politik Indonesia (Gapi)
Pada tanggal 15 Juli
1936, partai-partai politik dengan dicetus oleh Sutardjo Kartohadikusumo
mengajukan usulan atau petisi, adalah permohonan agar diselenggarakan suatu
musyawarah antara wakil-wakil Indonesia dan negara Belanda di mana anggotanya
mempunyai hak yang sama. Tujuannya ialah untuk menyusun suatu agenda pemberian
kepada Indonesia suatu pemerintah yang berdiri sendiri. Lewat usul hal yang
demikian ditolak oleh pemerintah kolonial Belanda. Adanya kekecewaan terhadap
keputusan pemerintah Belanda hal yang demikian, atas prakarsa Moh. Husni
Thamrin pada tanggal 21 Mei 1939, dibentuklah Gabungan Politik Indonesia
(Gapi). Berikut ini ada beberapa alasan yang mendorong terbentuknya Gapi.
1.
Kegagalan petisi
Sutarjo.
2.
Kepentingan
internasional pengaruh timbulnya fasisme.
3.
Sikap pemerintah yang
kurang memerhatikan kepentingan bangsa Indonesia.
12. Organisasi Keagamaan
Muhammadiyah yakni
organisasi Islam modern yang didirikan di Yogyakarta pada tanggal 18 November
1912 oleh K.H. Ahmad Dahlan. Muhammadiyah berarti umat Muhammad atau pengikut
Muhammad. Dengan nama ini mempunyai kemauan bisa mengikuti segala jejak
pengorbanan dan pengabdian Nabi Muhammad. Tujuan yang berharap ditempuh ialah:
1.
memajukan pengajaran
berdasarkan agama Islam, dan
2.
memupuk keimanan dan
ketaqwaan para anggotanya.
Dalam rangka menempuh
tujuan itu, Muhammadiyah menjalankan sebagian upaya berikut.
1.
Mendirikan sekolah(bukan
pondok pesantren) dengan pendidikan agama dan kurikulum yang modern.
2.
Mendirikan rumah sakit .
3.
Mendirikan rumah yatim
piatu.
4.
Mendirikan perkumpulan
kepanduan Hisbul Wathan.
Dalam perkembangannya,
Muhammadiyah menghadapi tantangan dari golongan Islam konservatif. Mereka
mengamati Muhammadiyah demikian itu terbuka terhadap kebudayaan Barat sehingga
kuatir kemurnian Islam akan dirusakkan. Oleh sebab itu para ulama mendirikan
Nahdlatul Ulama pada tahun 1926. Gerakan NU dipelopori oleh K.H. Hasyim
Asy’ari. Gerakan Muhammadiyah banyak mendapatkan simpati termasuk pemerintah
kolonial Belanda sebab perjuangannya tidak bersifat konfrontatif (menyanggah).
Dalam Kongres Muhammadiyah yang berlangsung dari tanggal 12 – 17 Maret 1925 di
Yogyakarta, diperbincangkan dilema-situasi sulit yang terkait dengan pengajaran
Islam, mass media Islam, dan buku-buku tentang Islam yang berbahasa Jawa.
Di samping Muhammadiyah,
gerakan keagamaan lain yang mempunyai andil bagi kemajuan bangsa antara lain,
berikut ini.
1.
Jong Islamienten Bond,
berdiri tanggal 1 Januari 1925 di Jakarta.
2.
Nahdlatul Ulama (NU),
berdiri pada tanggal 31 Januari 1926 di Surabaya, Jawa Timur.
3.
Nahdlatul Wathan,
berdiri tahun 1932 di Pacor, Lombok Timur.
13. Organisasi Pemuda dan Wanita
Perkumpulan pemuda yang
pertama berdiri yakni Tri Koro Dharmo. Organisasi ini berdiri pada tanggal 7
Maret 1915 di Jakarta atas pedoman Budi Utomo. Setelah oleh dr. Satiman
Wirjosandjojo, Kadarman, dan Sunardi. Mereka mufakat untuk mendirikan
organisasi kepemudaan yang anggotanya berasal dari siswa sekolah menengah di
Jawa dan Madura. Perkumpulan ini dikasih nama Tri Koro Dharmo yang berarti tiga
tujuan mulia (sakti, budhi, bakti). Dalam perkembangannya, Tri Koro Dharmo
membuka cabang di Surabaya. Dalam rangka mengefektifkan perjuangan, diterbitkan
sebuah majalah yang juga dikasih nama Tri Koro Dharmo. Berikut ini tujuan Tri
Koro Dharmo secara nyata dalam anggaran dasarnya.
1.
Petugas menghidupkan
persatuan dan kesatuan, di antara pemuda Jawa, Sunda, Madura, Bali, dan Lombok.
2.
Asisten sama dengan
segala organisasi pemuda guna menyusun ke-Indonesiaan. Keanggotannya terbatas
pada para pemuda Jawa, Sunda, Madura, Bali dan Lombok.
Tri Koro Dharmo memiliki
asas-asas seperti berikut.
1.
pertalian antara
murid-murid bumi putera pada sekolah dan kursus perguruan kejuruan.
2.
Menambah pengetahuan
umum bagi member-anggotanya.
3.
Membangkitkan dan
mempertajam bahasa dan kebiasaan Indonesia.
Organisasi kepemudaan
lainnya yang bersifat kedaerahan banyak bermunculan seperti Pasundan, Jong
Sumatranen Bond, Jong Minahasa, Jong Batak, Jong Ambon, Jong Celebes, Timorees
Ver Bond, PPPI (Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia), Pemuda Indonesia, Jong
Islamienten Bond, kepanduan, dan sebagainya. Di samping gerakan para pemuda,
kaum wanita juga tak berharap tertinggal. Pergerakan wanita dipelopori oleh
R.A.Kartini dari Jepara dengan mendirikan Sekolah Kartini. Perkumpulan wanita
yang didirikan sebelum tahun 1920 antara lain Putri Mardika yang didirikan atas
bantuan Budi Utomo. Perkumpulan ini bertujuan untuk memajukan pengajaran
terhadap si kecil-si kecil perempuan dengan metode memberi penerangan dan
bantuan dana, mempertinggi sikap yang merdeka, dan melenyapkan perbuatan
malu-malu yang melampaui batas.
Perkumpulan Kautamaan
Istri didirikan pada tahun 1913 di Tasikmalaya, lalu pada tahun 1916 di
Sumedang, Cianjur, dan tahun 1917 di Ciamis, menyusul di Cicurug tahun 1918.
Tokoh Kautamaan Istri yang familiar yaitu Raden Dewi Sartika, seorang pengajar
Kautamaan Istri di tanah Pasundan. Di Yogyakarta pada tahun 1912 didirikan
perkumpulan wanita yang benafaskan Islam dengan nama Sopa Tresna, yang kemudian
pada tahun 1914 menjadi bagian wanita dari Muhammadiyah dengan nama Aisyah. Di
Yogyakarta kecuali Aisyah juga ada perkumpulan wanita yang bernama Wanito
Utomo, yang mulai memasukkan perempuan ke dalam kegiatan dasar profesi ke arah
emansipasi. Di samping R.A.Kartini dan Dewi Sartika, masih terdapat seorang
tokoh wanita adalah Ibu Maria Walanda Maramis dari Minahasa. Beliau mendirikan
perkumpulan yang bernama Ibu Temurunnya (PIKAT) pada tahun
1917. PIKAT dalam kegiatannya mendirikan Sekolah Kepandaian Putri.
14. Sumpah Pemuda
Sumpah pemuda, tak bisa
lepas dari organisasi kepemudaan yang bernama PPPI (Perhimpunan Pelajar-Pelajar
Indonesia) yang didirikan pada tahun 1926. PPPI mendapatkan dukungan dari
sejumlah organisasi kepemudaan seperti Jong Java, Jong Sumatranen Bond, Jong
Ambon, Sekar Rukun, Jong Minahasa, Jong Batak, dan Jong Islamienten Bond dengan
penuh keyakinan berharap mencapai tujuannya merupakan persatuan Indonesia. Para
pemuda ini menginginkan suatu upaya penyatuan peletakan dasar untuk kemerdekaan
dengan menyanggah ketidakadilan yang dialami selama masa penjajahan. Pertemuan
permulaan dilakukan tanggal 15 November 1925 dengan membentuk panitia Kongres
Pemuda I, yang bertugas membentuk tujuan kongres. Diputuskan cara kerja kongres
I mulai tanggal 30 April sampai dengan 2 Mei 1926.
Tujuan Kongres Pemuda I
merupakan membentuk badan sentral, memajukan paham persatuan kebangsaan, dan
mempererat kekerabatan di antara segala perkumpulan pemuda kebangsaan. Mengatur
yang menjadi agenda diskusi merupakan tentang usul bahasa Indonesia yakni
bahasa Melayu sebagai bahasa persatuan. Mengenai usulan fusi untuk segala
perkumpulan pemuda, tidak ada keputusan. Menetapkan berlangsungnya kongres
pertama, para pemuda semakin tergerak untuk menindaklanjuti dengan melaksanakan
kongres berikutnya. Oleh karena itu, setelah dimulai pertemuan pendahuluan
terbentuklah susunan panitia seperti berikut.
Ketua
: Sugondo Joyopuspito
Wakil ketua : Djoko
Marsaid
Sekretaris
: Mohammad Yamin
Bendahara :
Amir Syarifudin
Pembantu
: Djohan Tjain, Kotjo Sungkono, Senduk, J. Leimena, Rohjani.
Kongres Pemuda II
berlangsung sejak tanggal 27 Oktober 1928 dan berakhir tanggal 28 Oktober 1928.
Kongres Pemuda II diadakan sebanyak tiga kali rapat.
1.
Rapat pertama, di gedung
Katolik Jonglingen Bond di Waterloopein.
2.
Rapat kedua, tanggal 28
Oktober pagi, di gedung Oost Java Bioscoop, di Koningsplein Noord.
3.
Rapat ketiga, tanggal 28
Oktober malam, di gedung Indonesische Clubhuis di Jl. Kramat Raya 106 Jakarta.
Kongres menentukan
ikrar/sumpah pemuda yang berikutnya menjadi landasan pengorbanan untuk menempuh
Indonesia merdeka. Pada malam itu juga, untuk pertama kali didengarkan lagu
Indonesia Raya oleh penggubahnya Wage Rudolf Supratman. Sebagai tindak lanjut
dari Sumpah Pemuda 1928, pada tanggal 24 – 28 Desember 1928 di Yogyakarta para
pemuda menyepakati pembentukan Komisi Besar Indonesia Muda (KBIM). Tugas komisi
ini merupakan mempersiapkan terbentuknya satu wadah bagi seluruh Pemuda
Indonesia. Hasil kerja komisi ini tampak dalam kongres pemuda di Surakarta pada
tanggal 31 Desember 1936 yang berhasil membentuk organisasi Indonesia Muda
(IM), yang merupakan fusi (peleburan) dari beraneka organisasi pemuda di
Indonesia. Asas IM yakni kebangsaan Indonesia dan bertujuan untuk menciptakan
Indonesia Raya. Para member IM dilarang berprofesi sama dengan pemerintah
Belanda (bersifat nonkooperatif).
Nasionalisme memiliki
beberapa pengertian menurut beberapa ahli. Hans Kohn mengatakan nasionalisme
adalah suatu paham yang menempatkan kesetiaan tertinggi individu kepada negara
dan bangsa. Nasionalisme secara fundamental timbul dari adanya kesadaran
nasional berbangsa dan bernegara sendiri. Sedangkan Joseph Ernest Renan
mendefinisikan nasionalisme sebagai sekelompok manusia yang berkeinginan untuk
bersatu. Berbeda lagi dengan Otto Bauer yang mengatakan nasionalisme merupakan
suatu persatuan karakter yang timbul karena persamaan nasib.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar