Pages

Jumat, 30 Oktober 2020

KERAJAAN MAKASAR DAN RIAU MELAWAN VOC

A. PERLAWANAN RAKYAT MAKASAR MELAWAN VOC

Para pembaca yang budiman, sekarang kita membahas perlawanan raja Hasannudin dari Gowa – tallo melawan VOC. Sebelum membahas lebih lanjut tentang perlawanan itu, alangkah baiknya kita membahas kondisi sosial, ekonomi dan politik Kerajaan Gowa – Tallo

  1. Kondisi sosial budaya Kerajaan Gowa-Tallo (MAKASAR)

Sebagai negara Maritim, maka sebagian besar masyarakat kerajaan Goa-Tallo adalah nelayan dan pedagang. Mereka giat berusaha untuk meningkatkan taraf kehidupannya, bahkan tidak jarang dari mereka yang merantau untuk menambah kemakmuran hidupnya.  Walaupun masyarakat Makasar memiliki kebebasan untuk berusaha dalam mencapai kesejahteraan hidupnya, tetapi dalam kehidupannya mereka sangat terikat dengan norma adat yang mereka anggap sakral. Norma kehidupan masyarakat Makasar diatur berdasarkan adat dan agama Islam yang disebut PANGADAKKANG. Dan masyarakat Makasar sangat percaya terhadap norma-norma tersebut.

baca juga : soal perlawanan terhadap penjajahan

Di samping norma tersebut, masyarakat Makasar juga mengenal strata sosial yang terdiri dari lapisan atas yang merupakan golongan bangsawan dan keluarganya disebut dengan “Anakarung/Karaeng”, sedangkan rakyat kebanyakan disebut “to Maradeka” dan masyarakat lapisan bawah yaitu para hamba-sahaya disebut dengan golongan “Ata”.

Dari segi kebudayaan, maka masyarakat Makasar banyak menghasilkan benda-benda budaya yang berkaitan dengan dunia pelayaran. Mereka terkenal sebagai pembuat kapal. Jenis kapal yang dibuat oleh orang Makasar dikenal dengan nama Pinisi dan Lombo.Kapal Pinisi dan Lombo merupakan kebanggaan rakyat Makasar dan terkenal sampai mancanegara.

  1. Kondisi ekonomi Kerajaan Gowa Tallo

Kerajaan Makasar merupakan kerajaan Maritim dan berkembang sebagai pusat perdagangan di Indonesia bagian Timur. Hal ini ditunjang oleh beberapa faktor :

1)      letak yang strategis,

2)      memiliki pelabuhan yang baik

3)      jatuhnya Malaka ke tangan Portugis tahun 1511 yang menyebabkan banyak pedagang-yang pindah ke Indonesia Timur.


baca juga : Bank soal Sejarah Indonesia Part VII


Sebagai pusat perdagangan Makasar berkembang sebagai pelabuhan internasional dan banyak disinggahi oleh pedagang-pedagang asing seperti Portugis, Inggris, Denmark dan sebagainya yang datang untuk berdagang di Makasar.

Pelayaran dan perdagangan di Makasar diatur berdasarkan hukum niaga yang disebut dengan ADE’ ALOPING LOPING BICARANNA PABBALUE, sehingga dengan adanya hukum niaga tersebut, maka perdagangan di Makasar menjadi teratur dan mengalami perkembangan yang pesat.

Selain perdagangan, Makasar juga mengembangkan kegiatan pertanian karena Makasar juga menguasai daerah-daerah yang subur di bagian Timur Sulawesi Selatan.

  1. Kondisi politik Kerajaan Gowa Tallo

Penyebaran Islam di Sulawesi Selatan dilakukan oleh Datuk Robandang/Dato’ Ri Bandang dari Sumatera, sehingga pada abad 17 agama Islam berkembang pesat di Sulawesi Selatan, bahkan raja Makasar pun memeluk agama Islam. Raja Makasar yang pertama memeluk agama Islam adalah Sultan Alaudin. Sejak pemerintahan Sultan Alaudin kerajaan Makasar berkembang sebagai kerajaan maritim dan berkembang pesat pada masa pemerintahan raja Muhammad Said (1639 – 1653).

Selanjutnya kerajaan Makasar mencapai puncak kebesarannya pada masa pemerintahan Sultan Hasannudin (1653 – 1669). Pada masa pemerintahannya Makasar berhasil memperluas wilayah kekuasaannya yaitu dengan menguasai daerah-daerah yang subur serta daerah-daerah yang dapat menunjang keperluan perdagangan Makasar. Ia berhasil menguasai Ruwu, Wajo, Soppeng, dan Bone.Perluasan daerah Makasar tersebut sampai ke Nusa Tenggara Barat. Daerah kekuasaan Makasar luas, seluruh jalur perdagangan di Indonesia Timur dapat dikuasainya.

Sultan Hasannudin terkenal sebagai raja yang sangat anti kepada dominasi asing. Oleh karena itu ia menentang kehadiran dan monopoli yang dipaksakan oleh VOC yang telah berkuasa di Ambon. Dalam peperangan melawan VOC, Sultan Hasannudin memimpin sendiri pasukannya untuk memporak-porandakan pasukan Belanda di Maluku. Akibatnya kedudukan Belanda semakin terdesak. Atas keberanian Sultan Hasannudin tersebut maka Belanda memberikan julukan padanya sebagai Ayam Jantan dari Timur.Upaya Belanda untuk mengakhiri peperangan dengan Makasar yaitu dengan melakukan politik adu-domba antara Makasar dengan kerajaan Bone (daerah kekuasaan Makasar). Raja Bone yaitu Aru Palaka yang merasa dijajah oleh Makasar mengadakan persetujuan kepada VOC untuk melepaskan diri dari kekuasaan Makasar. Sebagai akibatnya Aru Palaka bersekutu dengan VOC untuk menghancurkan Makasar.

Akibat persekutuan tersebut akhirnya Belanda dapat menguasai ibukota kerajaan Makasar. Dan secara terpaksa  menandatangai perjanjian Bongaya tahun 1667 yang isinya tentu sangat merugikan kerajaan Makasar.

Isi dari perjanjian Bongaya antara lain:

  1. VOC memperoleh hak monopoli perdagangan di Makasar.
  2. Belanda boleh mendirikan benteng di Makasar.
  3. Makasar harus melepaskan daerah jajahannya seperti Bone dan pulau di luar Makasar.
  4. Aru Palaka diakui sebagai raja Bone.

Walaupun perjanjian telah diadakan, tetapi perlawanan Makasar terhadap Belanda tetap berlangsung. Bahkan pengganti dari Sultan Hasannudin yaitu Mapasomba (putra Hasannudin) meneruskan perlawanan melawan Belanda.Untuk menghadapi perlawanan rakyat Makasar, Belanda mengerahkan pasukannya secara besar-besaran. Akhirnya Belanda dapat menguasai sepenuhnya kerajaan Makasar, dan Makasar mengalami kehancurannya.

Peninggalan – Peninggalan Kerajaan Gowa Tallo (MAKASAR)

  1. Fort Rotterdam atau Benteng Ujung Pandang


Fort Rotterdam atau Benteng Ujung Pandang (Jum Pandang) adalah sebuah benteng peninggalan Kerajaan Gowa-Tallo. Letak benteng ini berada di pinggir pantai sebelah barat Kota Makassar, Sulawesi Selatan. Benteng ini dibangun pada tahun 1545 oleh Raja Gowa ke-9 yang bernama I manrigau Daeng Bonto Karaeng Lakiung Tumapa’risi’ kallonna. Awalnya benteng ini berbahan dasar tanah liat, namun pada masa pemerintahan Raja Gowa ke-14 Sultan Alauddin konstruksi benteng ini diganti menjadi batu padas yang bersumber dari Pegunungan Karst yang ada di daerah Maros.




Benteng Ujung Pandang ini berbentuk seperti seekor penyu yang hendak merangkak turun ke lautan. Dari segi bentuknya sangat jelas filosofi Kerajaan Gowa, bahwa penyu dapat hidup di darat maupun di laut. Begitu pun dengan Kerajaan Gowa yang berjaya di daratan maupun di lautan. Nama asli benteng in i adalah Benteng Ujung Pandang.





  1. Masjid Katangka

Mesjid Katangka didirikan pada tahun 1605 M. Sejak berdirinya telah mengalami beberapa kali pemugaran. Pemugaran itu berturut-turut dilakukan oleh Sultan Mahmud  (1818), Kadi Ibrahim (1921), Haji Mansur Daeng Limpo, Kadi Gowa (1948), dan Andi Baso, Pabbicarabutta Gowa (1962) sangat sulit mengidentifikasi bagian paling awal (asli) bangunan mesjid tertua Kerajaan Gowa ini.



  1. Kompleks Makam Raja Gowa Tallo.

Makam raja-raja. Tallo adalah sebuah kompleks makam kuno yang dipakai sejak abad XVII sampai dengan abad XIX Masehi. Letaknya di RK 4 Lingkungan Tallo, Kecamatan Tallo, Kota Madya Ujungpandang. Lokasi makam terletak di pinggir barat muara sungai Tallo atau pada sudut timur laut dalam wilayah benteng Tallo. Kompleks makam raja-raja Tallo ini sebagian ditempatkan di dalam bangunan kubah, jirat semu dan sebagian tanpa bangunan pelindung: Jirat semu dibuat dan balok¬balok ham pasir.




BRAKYAT RIAU MELAWAN VOC

Pembaca dan pecinta Sejarah di Nusantara berikut disampaikan tentang perlawanan yang sangat heroik dari daerah Riau. Sebagaimana kita ketahui VOC sangat berambisi untuk  melakukan  monopoli  perdagangan dan  menguasai  berbagai daerah   di  Nusantara  . Di samping   menguasai Malaka, VOC juga mulai mengincar Kepulauan Riau. Dengan politik memecah belah  VOC mulai  berhasil  menanamkan  pengaruhnya di  Riau. Kerajaan- kerajaan  kecil seperti  Siak, Indragiri, Rokan, dan  Kampar semakin  terdesak oleh pemaksaan monopoli dan tindakan  sewenang-wenang dari VOC. Oleh karena itu, beberapa kerajaaan  mulai melancarkan perlawanan.

Salah satu contoh  perlawanan rakyat Riau melawan VOC adalah  perlawanan yang dilancarkan oleh Kerajaan Siak Sri Indrapura.  Raja Siak Sultan Abdul Jalil Rahmat  Syah (1723  – 1744)  memimpin  rakyatnya  untuk  melawan  VOC. Setelah  berhasil merebut Johor kemudian  ia membuat benteng pertahanan di Pulau Bintan. Dari pertahanan di Pulau  Bintan  ini pasukan  Sultan  Abdul  Jalil mengirim pasukan   di  bawah   komando Raja Lela Muda  untuk  menyerang  Malaka. Uniknya dalam  pertempuran ini Raja Lela Muda  selalu  mengikutsertakan puteranya yang bernama Raja Indra Pahlawan.  Itulah sebabnya  sejak remaja Raja Indra Pahlawan sudah memiliki kepandaian berperang. Sifat bela negara sudah mulai tertanam pada diri Raja Indra Pahlawan.

Baca juga: 30 Pilihan ganda Soal Kerajaan Islam dan jawabannya

Dalam suasana  konfrontasi  dengan VOC itu, Sultan Abdul Jalil Rahmat Syah wafat.  Sebagai gantinya  diangkatlah puteranya yang bernama Muhammad Abdul Jalil Muzafar  Syah (1746  -1760).  Raja ini juga memiliki naluri seperti ayahandanya yang  ingin  selalu  memerangi VOC di  Malaka  dan  sebagai komandan perangnya adalah  Raja Indra Pahlawan.  Tahun 1751  berkobar perang  melawan  VOC. Sebagai  strategi  menghadapi serangan Raja Siak, VOC berusaha memutus jalur perdagangan menuju  Siak. VOC mendirikan benteng pertahanan di sepanjang jalur yang menghubungkan Sungai Indragiri,  Kampar,  sampai  Pulau  Guntung yang  berada   di  muara  Sungai Siak. Kapal-kapal  dagang yang  akan  menuju  Siak ditahan  oleh  VOC. Hal ini  merupakan  pukulan   bagi  Siak.  Oleh  karena   itu  segera   dipersiapkan kekuatan yang lebih besar untuk menyerang VOC. Sebagai pucuk pimpinan pasukan   dipercayakan   kembali  kepada   Raja  Indra  dan   Panglima   Besar Tengku Muhammad Ali. Dalam serangan ini diperkuat  dengan kapal perang “Harimau Buas” yang dilengkapi dengan lancang serta perlengkapan perang secukupnya.  Terjadilah pertempuran sengit di Pulau Guntung (1752 – 1753). Ternyata benteng VOC di Pulau Guntung itu berlapis-lapis  dan  dilengkapi meriam-meriam  besar.   Dengan   demikian   pasukan   Siak  sulit  menembus benteng pertahanan itu. Namun banyak pula jatuh korban dari VOC, sehingga VOC harus  mendatangkan bantuan kekuatan termasuk  juga  orang-orang Cina.  Pertempuran hampir  berlangsung satu  bulan.  Sementara VOC terus mendatangkan bantuan. Melihat situasi yang demikian itu kedua  panglima perang  Siak menyerukan  pasukannya untuk mundur  kembali ke Siak.


Untuk ke bagian I klik : 50 SOAL UAS PILIHAN GANDA AGAMA ISLAM (AQIDAH AKHLAQ) DAN JAWABANNYA Part I

Sultan  Siak bersama  para  panglima  dan  penasihat mengatur siasat  baru. Disepakati  bahwa   VOC harus  dilawan  dengan tipu  daya.  Sultan  diminta berpura-pura berdamai  dengan cara  memberikan  hadiah  kepada  Belanda. Oleh  karena   itu,  siasat  ini dikenal  dengan “siasat   hadiah   sultan”. VOC setuju dengan ajakan damai ini. Perundingan damai diadakan  di loji di Pulau Guntung. Pada saat perundingan baru mulai justru Sultan Siak dipaksa untuk tunduk  kepada  pemerintahah VOC. Sultan segera memberi kode pada anak buah  dan  segera  menyergap dan  membunuh orang-orang Belanda  di loji itu. Loji segera  dibakar dan rombongan Sultan Siak kembali ke Siak dengan membawa kemenangan, sekalipun belum berhasil mengenyahkan VOC dari Malaka. Siasat perang  ini tidak terlepas  dari jasa Raja Indra Pahlawan.  Oleh karena itu, atas jasanya Raja Indra Pahlawan diangkat sebagai Panglima Besar Kesultanan Siak dengan gelar: “Panglima Perang Raja Indra Pahlawan Datuk Lima Puluh”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

POSTINGAN UNGGULAN

KISI-KISI SEJARAH X SOAL AKM

  CONTOH KISI -KISI SOAL AKM KLS X  MATA PELAJARAN IPS SEJARAH TAHUN 2022-2023