Pages

Minggu, 18 Oktober 2020

DAMPAK IMPERIALISME DALAM POLITIK, EKONOMI, SOSIAL-BUDAYA DAN PENDIDIKAN DI INDONESIA

 

Kolonialisme dan imperialisme yang terjadi di Indonesia tidak hanya memberikan dampak di bidang politik, ekonomi, dan sosial-budaya, melainkan berdampak pada dunia pendidikan. Tujuan kolonialisme dan imperialisme hampir sama, yaitu menguasai suatu wilayah serta membangun masyarakatnya yang masih dinilai terbelakang. Atau kalau kita perjelas tujuan Imperialisme Kuno yaitu ada tiga yang populer dengan sebutan 3 G yaitu
1. Gold yaitumencari kekayaan 
2. Glory yaitu mencari kejayaan dan 
3. Gospel yaitu menyebarkan agama Nasrani . Sedangkan Imperialisme Modern bertujuan untuk mencari bahan baku dan mencari pasar bagi industrinya. Nah dari sekian tujuan itu kalua kita sederhanakan sebenarnya Cuma ada satu yaitu penjajah ingin menguras habis kekayaan negara kita. Tentu untuk mewujudkan tujuannya itu, akan membawa dampak yang sangat terasa bagi bangsa Indonesia. Berikut akan kita bahas dalam imperialisme-kolonialisme bagi bangsa Indonesia.

 DAMPAK BIDANG POLITIK

Seperti yang kita ketahui, system pemerintahan kita sekarang juga merupakan “warisan” dari pemerintahan kolonial Belanda.  Zaman dahulu, sistem pemerintahan kita bersifat monarkhi dan mempraktekkan feodalisme. Jabatan pemimpin  sifatnya turun-temurun dan penghasilan negara atau kerajaan dari upeti yang didapat dari rakyat atau para pedagang  yang berlabuh di  Pelabuhan suatu kerajaan.

baca juga : soal perlawanan terhadap penjajahan

Daendels dan Raffles kemudian mengubahnya menjadi pemerintahan modern. Bupati dijadikan pegawai negeri dan digaji. Bagi mereka, bupati adalah alat kekuasaan, baik Belanda maupun Inggris melakukan intervensi terhadap kerajaan. Hasilnya, elit kerajaan kurang leluasa dalam pergerakan politik. Belanda dan Inggris melakukan intervensi terhadap persoalan kerajaan, misalnya pergantian tahta kerajaan. Hal ini berdampak pada penguasaan politik di Indonesia oleh pihak imperialis. Akibatnya peranan elite kerajaan berkurang dalam bidang politik, bahkan kekuasaan kerajaan lokal mulai runtuh. Raja hanya sebagai boneka penjajah bahkan kerajaannya ada yang dikuasai langsung oleh penjajah

Imperialisme dan kolonialisme yang pernah mendera Indonesia juga mengakibatkan hal lain: aktivitas pemerintahan berpusat di jawa. Hal ini akhirnya terbawa sampai sekarang. Meskipun saat ini kita sudah melakukan Otonomi daerah, tapi tetap terasa bahwa wilayah Jawa seakan adalah pusat pemerintahan.

Baca juga : Pemerintahan Daendels Di Indonesia


 DAMPAK DI BIDANG SOSIAL BUDAYA

Di bidang Sosial kedatangan kolonial Eropa memperburuk masyarakat kita. Belanda membuat stratifikasi social sehingga masyarakat kita terbiasa terkotak-kotak . Mereka, dengan sengaja membuat kasta antar golongan. Bagi mereka, bangsa eropa adalah yang tertinggi. Disusul golongan Asia Timur Jauh (timur asing) seperti cina, jepang, Arab, India, dan, kasta terendah adalah kaum pribumi yang memiliki bumi pertiwi ini.

Tidak hanya itu, penindasan dan pemerasan secara kejam juga terjadi. Upacara adat di istana-istana kerajaan dihilangkan. Mereka menggantinya dengan tradisi pemerintahan Belanda seperti minum-minuman keras, dansa dll. 


baca juga : kebijakan Raffles (Inggris) ketika menjajah Indonesia


Kebiasaan pemerintah Kolonial menggunakan bahasa Belanda, di sisi lain, membawa pengaruh tersendiri. Sedikit banyak kita punya bahasa serapan yang berasal dari bahasa Belanda. Kantor yang berasal dari kata “Kantoor”. Dan koran yang berasal dari kata “krant” kata “sepur” dari “spoor” yang berarti kereta api. 

Pengaruh lain dari Belanda ada pada karya sastra kita. Belanda yang memperkenalkan surat kabar pada tahun 1659 tentu membantu dalam penyebaran informasi. Bahkan, penyebaran Katolik dan Protestan juga dapat ditemui dari koran.

Daerah Indonesia saat itu masih banyak bergantung pada aktivitas di tepi laut sehingga perubahan aktivitas perdagangan berdampak pada kehidupan di pedalaman. Kemunduran perdagangan di laut secara tak langsung menimbulkan budaya feodalisme di pedalaman. Di bawah prinsip feodalisme, rakyat pribumi dipaksa untuk tunduk/patuh pada tuan tanah Barat/Timur Asing.


 DAMPAK BIDANG EKONOMI

Karena tujuan Belanda di Indonesia untuk mencari rempah-rempah, mereka harus membuat infrastruktur untuk mengangkut pasokan bahan makanan. Makanya, mereka punya andil dalam pembuatan pembangunan rel kereta dan jalan raya. Bahkan mereka juga membangun waduk dan saluran irigasi. Selain itu, mereka juga membangun industri pertambangan dengan membuka kilang minyak bumi di Tarakan, Kalimantan Timur.

Liberialisme ekonomi - Eksploitasi ekonomi, monopoli dagang VOC menyebabkan mundurnya perdagangan nusantara di panggung perdagangan internasional. Peranan syahbandar digantikan oleh para pejabat Belanda- Kebijakan tanam paksa sampai sistem ekonomi liberal menjadikan Indonesia sebagai penghasil bahan mentah. Eksportirnya dilakukan oleh bangsa Belanda, pedagang perantara dipegang oleh orang timur asing terutama bangsa Cina dan bangsa Indonesia hanya menjadi pengecer, sehingga tidak memiliki jiwa wiraswasta jenis tanaman baru serta cara memeliharanya.- Dengan dilaksanakannya politik pintu terbuka, maka pengusaha pribumi yang modalnya kecil kalah bersaing sehingga gulung tikar.- Perkebunan di Jawa berkembang sedangkan di Sumatra kesulitan tenaga kerja sehingga dilakukan program transmigrasi.- Untuk mendukung program penanaman modal Barat di Indonesia pemerintah Belanda membangun : Irigasi, waduk, jalan raya, jalan kereta api dan pelabuhan. Untuk pembangunan tersebut digunakan tenaga secara paksa dengan sistem rodi (kerja paksa)- Dengan memperkenalkan sistem sewa tanah, terjadi pergeseran dari sistem ekonomi barang ke sistem ekonomi uang yang juga menyebar di kalangan petani.

 Baca juga : Perang korea dan terbentuknya Korea Utara dan Korea Selatan

 DAMPAK BIDANG PENDIDIKAN 

Penindasan yang dilakukan bangsa Belanda, tidak bisa diukur dari akal dan nalar, terutama Ketika  dilaksanakannya Tanam Paksa ( Cultur Stellsell) oleh Vanden Bosh. Karena kekejaman Pemerintah Belanda itulah, golongan liberal Belanda mengkritik pelaksanaan tanam paksa dihapus pada tahun 1870 setelah sejak tahun 1830 dilaksanakan di Indonesia. Golongan Liberal Belanda merasa punya hutang budi kepada golongan pribumi Indonesia, sehingga dilaksanakanlah Politik Ethis (Trias Politica Van De Venter ) yang meliputi 1. Edukasi (Pendidikan) 2. Irigasi (pengairan) 3. Transmigrasi (perpindahan Penduduk) . Di bidang pendidikan, Pemerintah Kolonial berhasil memanfaatkan rakyat kita untuk dijadikan pegawai administrasi yang terdidik, terampil, tapi dihargai murah. Secara pendidikan formal, Belanda menyusun kurikulum pengajarannya sendiri sampai abad ke-19. Makanya, ada kecenderungan politik dan kebudayaan yang dimasukkan melalui pendidikan.

Masalahnya, akses untuk pendidikan ini dibatasi oleh mereka. Belanda lagi-lagi membuat sekat dan kasta. Karena mereka takut kalau rakyat kita terlalu pintar, kita bisa bersatu untuk menggulingkan kekuasaan mereka. Makanya, hanya orang-orang "berada" yang bisa masuk. Seperti keturunan raja, bangsawan, dan pengusaha kaya.

Namun walaupun ada perlakuan yang tidak adil dibidang Pendidikan, di Indonesia pun tetap muncul golongan Intelektual yang mempelopori pergerakan Nasional. Akhirnya, bermunculanlah akademisi yang mementingkan pendidikan di Indonesia. Mulai dari bedirinya Budi Utomo. Masuknya pendidikan berbasis agama seperti Muhammadiyah. Dan, tentu saja, lewat bapak pendidikan kita, Ki Hajar Dewantara. Dari mereka-merekalah akhirnya Pendidikan di Indonesia mengalami kemajuan.

Dikutip dari buku Sejarah Pendidikan di Indonesia Zaman Penjajahan (1993) oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, menjelaskan dampak kolonialisme dan imperialisme dalam bidang pendidikan tampak dengan adanya gagasan untuk menyelenggarakan pendidikan modern untuk golongan pribumi atau bumi putera dan Eropa, oleh bangsa Belanda. Beberapa sekolah yang didirikan adalah:

  1.  Sekolah Rendah Eropa atau Europeesche Lagere School (ELS)
  2.  Sekolah Bumiputera atau Hollandsch inlandsche School (HIS)
  3. Sekolah Desa atau Volkschool atau disebut juga dengan Sekolah Rakyat
  4. Sekolah Lanjutan atau Vervolgschool Sekolah Peralihan atau Schakelschool

Perkembangan pendidikan ini juga didukung dengan dibukanya sekolah tinggi tingkat universitas  di Indonesia yaitu:

  1. Technische Hogeschool atau “sekolah tinggi teknik” di Bandung
  2.  Rechtshoogeschool atau “sekolah tinggi hukum”
  3.  Geneeskundige Hogeschool atau “sekolah tinggi kedokteran”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

POSTINGAN UNGGULAN

KISI-KISI SEJARAH X SOAL AKM

  CONTOH KISI -KISI SOAL AKM KLS X  MATA PELAJARAN IPS SEJARAH TAHUN 2022-2023