Pages

Minggu, 25 Oktober 2020

ORDE BARU, PENGERTIAN, LAHIRNYA SUPERSEMAR, DAN TINDAK LANJUT SUPERSEMAR MATERI SI KLAS XII

 1. Pengertian  Orde Baru


Orde Baru adalah suatu tatanan seluruh perikehidupan rakyat, bangsa dan negara yang diletakkan kembali kepada  pelaksanaan Pancasila dan UUD 1945 secara  murni dan konsekuen. Dengan  kata lain, Orde Baru adalah suatu orde yang  mempunyai  sikap dan  tekad  untuk  mengabdi  pada  kepentingan rakyat dan  nasional  dengan  dilandasi oleh  semangat dan  jiwa Pancasila  serta  UUD 1945. 
Orde Baru adalah suatu tatanan seluruh perikehidupan rakyat, bangsa dan negara yang diletakkan kembali kepada  pelaksanaan Pancasila dan UUD 1945 secara  murni dan konsekuen. Dengan  kata lain, Orde Baru adalah suatu orde yang  mempunyai  sikap dan  tekad  untuk  mengabdi  pada  kepentingan rakyat dan  nasional  dengan  dilandasi oleh  semangat dan  jiwa Pancasila  serta  UUD 1945. Lahirnya Orde Baru diawali dengan dikeluarkannya  Surat  Perintah  11 Maret 1966. Dengan  demikian Surat Perintah  11 Maret (Supersemar) sebagai tonggak  lahirnya Orde Baru.


2. Lahirnya Surat Perintah 11 Maret 1966

Pada  tanggal  11  Maret  1966 di Istana  Negara  diadakan  Sidang  Kabinet Dwikora  yang  telah
 disempurnakan yang  dipimpin  langsung  oleh  Presiden Soekarno dengan   tujuan  untuk  mencari  jalan  keluar  terbaik  agar  dapat menyelesaikan   krisis yang  memuncak secara  bijak. Ketika  sidang  tengah berlangsung, ajudan  presiden  melaporkan bahwa  di sekitar  istana  terdapat pasukan  yang  tidak dikenal.  Untuk  menghindari segala  sesuatu  yang  tidak diinginkan,  maka  Presiden  Soekarno menyerahkan pimpinan  sidang  kepada Waperdam II  (Wakil Perdana  Menteri  II)  Dr J.  Laimena.  Dengan  helikopter, Presiden  Soekarno didampingi  Waperdam I, Dr Subandrio,  dan Waperdam II Chaerul Saleh menuju Istana Bogor. Seusai sidang kabinet, Dr J. Laimena pun menyusul ke Bogor.
Sumber:  30 Tahun Indonesia Merdeka

Tiga orang  perwira tinggi yaitu Mayor Jenderal  Basuki Rakhmat,  Brigadir Jenderal  M. Yusuf, dan Brigadir Jenderal  Amir Machmud menghadap Letnan Jenderal  Soeharto selaku  Menteri  Panglima  Angkatan  Darat  dan  Panglima Komando Operasi Pemulihan Keamanan dan Ketertiban (Pangkopkamtib) untuk minta  izin akan  menghadap presiden.  Pada  hari itu juga, tiga orang  perwira tinggi sepakat  untuk  menghadap Presiden  Soekarno di Istana  Bogor


 dengan tujuan untuk meyakinkan  kepada  Presiden  Soekarno bahwa  ABRI khususnya AD tetap  siap siaga mengatasi  keadaan. Di Istana Bogor Presiden   Soekarno didampingi Dr Subandrio, Dr J. Laimena, dan Chaerul Saleh serta ketiga perwira tinggi tersebut  melaporkan situasi di ibukota Jakarta. Mereka juga memohon agar  Presiden  Soekarno mengambil  tindakan  untuk  mengatasi   keadaan. Kemudian presiden mengeluarkan surat perintah  yang ditujukan kepada Letnan Jenderal  Soeharto selaku Menteri Panglima Angkatan  Darat untuk mengambil tindakan menjamin keamanan, ketenangan, dan kestabilan jalannya pemerintahan demi keutuhan  bangsa dan negara  Republik Indonesia.  Adapun yang merumuskan surat  perintah  tersebut  adalah  ketiga perwira  tinggi, yaitu Mayor  Jenderal  Basuki Rakhmat,  Brigadir  Jenderal  M. Yusuf, dan  Brigadir Jenderal Amir Machmud bersama Brigadir Jenderal Subur, Komandan Pasukan Pengawal  Presiden  Cakrabirawa. Surat  itulah yang kemudian  dikenal sebagai Surat Perintah 11 Maret 1966 atau Supersemar.


  1. Tindak Lanjut Supersemar

Sebagai  tindak  lanjut keluarnya  Surat  Perintah  11  Maret  1966, Letnan Jenderal Soeharto sebagai pengemban Supersemar segera mengambil tindakan untuk  menata  kembali  kehidupan  bermasyarakat, berbangsa, dan  bernegara sesuai dengan  Pancasila  dan UUD 1945, yaitu sebagai berikut.
  1. Tanggal 12  Maret  1966, dikeluarkanlah  surat  keputusan   yang  berisi pembubaran dan larangan PKI beserta ormas-ormasnya yang bernaung  dan berlindung atau senada dengannya, beraktivitas dan hidup di seluruh wilayahIndonesia. Keputusan tersebut diperkuat dengan Keputusan Presiden/Pangti ABRI/Mandataris MPRS No.1/3/1966 tangal 12 Maret 1966. Keputusan pembubaran  PKI beserta  ormas-ormasnya mendapat  sambutan   dan dukungan  dari seluruh rakyat karena  merupakan salah satu realisasi dari Tritura.
  2. Tanggal 18 Maret 1966 pengemban Supersemar mengamankan 15 orang menteri yang  dinilai tersangkut  dalam  G 30  S/PKI  dan  diragukan  etika baiknya yang   dituangkan  dalam  Keputusan  Presiden  No.  5 Tanggal  18 Maret 1966.
  3. Tanggal 27  Maret pengemban Supersemar membentuk Kabinet Dwikora yang disempurnakan untuk menjalankan pemerintahan. Tokoh-tokoh yang duduk di dalam kabinet ini adalah mereka  yang jelas tidak terlibat dalam G30  S/PKI.
  4. Membersihkan lembaga legislatif dimulai dari tokoh-tokoh pimpinan MPRS dan  DPRGR  yang  diduga  terlibat  G  30  S/PKI.  Sebagai  tindak  lanjut kemudian  dibentuk  pimpinan  DPRGR  dan  MPRS yang  baru.  Pimpinan DPRGR baru memberhentikan 62  orang  anggota  DPRGR yang mewakili PKI dan ormas-ormasnya.
  5. Memisahkan jabatan pimpinan DPRGR dengan jabatan eksekutif sehingga pimpinan  DPRGR  tidak lagi diberi kedudukan  sebagai  menteri.  MPRS dibersihkan dari unsur-unsur G 30 S/PKI.  Seperti halnya dengan  DPRGR, keanggotaan PKI dalam  MPRS  dinyatakan  gugur.  Sesuai  dengan UUD1945, MPRS mempunyai  kedudukan  yang lebih tinggi daripada  lembaga kepresidenan.

Fenomena

Pengamanan  Menteri-Menteri Kabinet Dwikora Mayjen. Soeharto selaku pengemban Supersemar mengambil tindakan dengan  “pengamanan” terhadap sejumlah Menteri Kabinet Dwikora yang disempurnakan dan  tokoh-tokoh yang  terlibat  dalam  G 30  S/PKI,  yaitu sebagai  berikut:

1.Dr.  Subandrio               :Wakil PM I, Menteri Departemen Luar Negeri,  Menteri  Luar Negeri/Hubungan Ekonomi  Luar Negeri.
Dr. Chaerul Saleh         :Wakil PM III, Ketua MPRS.
3.Ir. Setiadi Reksoprodjo   :Menteri Urusan Listrik dan Ketenagaan.
4.Sumardjan                     :Menteri Pendidikan Dasar dan Kebudayaan.
5.Oei Tju Tat, S.H.          :Menteri Negara  diperbantukan kepada presidium  kabinet.
   
6.Ir.  Surachman              :Menteri  Pengairan dan  Pembangunan

Desa.

7.Jusuf Muda Dalam         :Menteri Urusan Bank Sentral, Gubernur

Bank Negara Indonesia.

8.Armunanto                      :Menteri Pertambangan.
9.Sutomo  Martopradoto     :Menteri Perburuhan.
10.A. Astrawinata,  S.H       :Menteri Kehakiman.
11.Mayjen.  Achmadi           :Menteri Penerangan di bawah presidium kabinet.
12.Drs. Moh. Achadi           :Menteri Transmigrasi  dan Koperasi.
13.Letkol. Imam Sjafei        :Menteri Khusus Urusan Pengamanan.
14.J.K Tumakaka                 :M e n t e r i /Sekretaris  Jenderal  Front

Nasional.

15.Mayjen. Dr. Soemarno     :Menteri/Gubernur Jakarta  Raya.
Tanggal  20  Juni  sampai  5 Juli 1966 diadakan  Sidang  Umum  IV MPRS
dengan  hasil sebagai berikut.

  1. Ketetapan MPRS  No.  IX/MPRS/1966  tentang   Pengesahan  dan Pengukuhan Supersemar.
  2. Ketetapan MPRS No. X/MPRS/1966  mengatur Kedudukan  Lembaga- Lembaga  Negara  Tingkat Pusat dan Daerah.
  3. Ketetapan MPRS No. XII/MPRS/1966 tentang Kebijaksanaan Politik Luar Negeri RI Bebas Aktif.
  4. Ketetapan MPRS No. XIII/MPRS/1966 tentang  Pembentukan  Kabinet Ampera.
  5. Ketetapan MPRS No. XIX/MPRS/1966 tentang Peninjauan Kembali Tap MPRS yang Bertentangan dengan  UUD 1945.
  6. Ketetapan MPRS No. XX/MPRS/1966 tentang  Sumber  Tertib  Hukum RI dan Tata Urutan Perundang-undangan di Indonesia.
  7. Ketetapan MPRS No. XXV/MPRS/1966 tentang  Pembubaran PKI dan Pernyataan PKI dan  Ormas-Ormasnya sebagai  Organisasi  Terlarang  di Indonesia

Dengan  berakhirnya  Sidang Umum IV MPRS, berarti landasan  awal Orde Baru berhasil ditegakkan. Demikian pula dua dari tiga tuntutan  rakyat (Tritura) telah  dipenuhi,  yaitu pembubaran PKI dan pembersihan kabinet  dari unsur- unsur PKI. Sementara itu, tuntutan  ketiga, yaitu penurunan harga yang berarti perbaikan  bidang  ekonomi  belum  diwujudkan.  Hal  itu terjadi  karena  syarat mewujudkannya perlu dilakukan dengan  pembangunan secara  terus-menerus dan membutuhkan waktu yang cukup lama. Pelaksanaan pembangunan agar lancar dan mencapai hasil maksimal memerlukan  stabilitas nasional.( SUMBER :Sejarah 3 XII IPA, Sh, Musthofa dkk, Pusat Perbukuan 2009)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

POSTINGAN UNGGULAN

KISI-KISI SEJARAH X SOAL AKM

  CONTOH KISI -KISI SOAL AKM KLS X  MATA PELAJARAN IPS SEJARAH TAHUN 2022-2023