Agama Hindu diperkirakan masuk ke wilayah Indonesia sekitar awal abad ke
empat. Agama hindu sendiri merupakan agama yang pertama di kenal di Indonesia. cara
penyebaran agama ini juga tidak lepas dari pengaruh perdagangan, karena
penyebaran tersebut dilakukan oleh para pedagang India yang sedang berdagang
dan bermukim di Indonesia.
Teori masuknya
Hindu ke Indonesia Ada beberapa teori yang menyatakan masuknya agama Hindu ke
Indonesia
- Teori Brahmana Teori Brahmana di kemukakan oleh Van Leur. Yang berisikan bahwa agama Hindu dibawa oleh para pendeta ke Indonesia. Pendapatnya dibuktikan dengan adanya kitab weda, karena para brahmana lah yang mengetahui kitab tersebut.
- Teori Ksatria Teori ini dikemukakan oleh Prof. Dr. J.I. Moens yang mengungkapkan bahwa Indonesia pernah mengalami penjajahan bangsa India dan yang menaklukkannya adalah golongan ksatria. Karena itu, melalui proses penjajahan tersebut, budaya Hindu-Buddha masuk ke Indonesia.
- Teori Waisya Teori ini dikemukakan oleh N.J. Krom yang mengungkapkan bahwa golongan pedagang memiliki peranan dalam menyebarkan kebudayaan India di Indonesia melalui perkawinan antara pedagang dan wanita Indonesia.
- Teory Sudra agama hindu dibawa orang sudra di dibuang ke Nusantara, dan menyebarkan agama Hindu
- Teori Arus Balik Teori ini dikemukakan oleh F.D.K. Bosch bahwa banyak orang Indonesia yang sengaja datang ke India untuk berziarah dan belajar agama Hindu- Buddha. Setelah kembali ke Indonesia, mereka menyebarkan agama tersebut. Agama Hindu merupakan agama yang pertama kali masuk ke wilayah Indonesia.
baca juga soal teory masuknya agama Hindu-Budha
A. Teori Masuk dan Berkembangnya Ajaran Hindu
1. Bangsa
Indonesia Bersikap Pasif
Teori ini memberi pengertian bahwa bangsa Indonesia hanya sekadar
menerima kebudayaan India yang datang ke Indonesia. Pendapat yang mendukung
teori ini cenderung melihat bahwa telah terjadi kolonisasi, baik secara
langsung maupun tidak langsung dari bangsa India terhadap bangsa Indonesia.
Oleh karena itu, diduga kebudayaan India yang berkembang di Indonesia mempunyai
sifat dan bentuk seperti di negeri asal.
Baca juga soal : 45 soal PG dan Essay Agama Islam (Aqidah) Part 1
2. Bangsa
Indonesia Bersikap Aktif
Teori ini memberi pengertian bahwa bangsa Indonesia sendiri yang berperan
aktif mencari tahu dan mengembangkan kebudayaan India. Hal itu dimungkinkan
karena kemampuan bangsa Indonesia yang dapat mengarungi samudera dengan perahu
sederhana dapat mencapai India. Bangsa Indonesia tertarik dengan keteraturan
dan keunggulan peradaban India sehingga berkeinginan menirunya. Salah satu
caranya adalah bangsa Indonesia mengundang para brahmana India ke Indonesia
untuk memperkenalkan kebudayaannya.
Baca juga: Peradaban Mesopotamia
Masuknya kebudayaan India
Masuknya kebudayaan India menjadikan bangsa Indonesia mulai mengenal
tulisan dengan huruf Pallawa dan bahasa Sanskerta. Dengan demikian, Bangsa
Indonesia mulai memasuki zaman Sejarah, yaitu suatu periode atau pembabakan
waktu ketika manusia mulai mengenal tulisan dan meninggalkan keterangan
tertulis yang sezaman. Peninggalan tertulis itu dapat berupa prasasti (tulisan
yang dipahatkan pada batu), tulisan pada daun lontar, ataupun dokumen lainnya.
Setelah bangsa Indonesia mengenal huruf Pallawa dan bahasa Sanskerta,
pertumbuhan dan perkembangan masyarakat serta kebudayaannya makin cepat.
Struktur masyarakat mulai berkembang lebih teratur dan terorganisasi.
Masyarakat yang sebelumnya hanya merupakan kelompok-kelompok sosial yang
dipimpin oleh kepala suku mulai mengenal sistem pemerintahan dalam bentuk
kerajaan yang bercorak Hindu ataupun Buddha.
Agama Hindu pada awal perkembangannya di Indonesia membawa pengaruh
besar dalam sistem kemasyarakatannya. Sistem kasta yang sebenarnya bermakna
pada pembagian tugas dan kewajiban pada setiap orang yang berlaku di dalam ajaran
Hindu di India juga berkembang di Indonesia. Dengan sistem kasta menyebabkan
masyarakat Hindu seakan-akan saling hidup terpisah dan membentuk kelompok
sosial sendiri. Hal itu menyebabkan adanya jurang pemisah yang lebar antara
kasta tinggi (kasta Brahmana dan kasta Ksatria) dan kasta rendah (kasta Waisya
dan kasta Sudra). Stratifikasi yang mencolok itu menyebabkan kasta Brahmana
memiliki peranan dan pengaruh paling besar dalam tata kehidupan masyarakat,
termasuk kepada raja sekalipun. Kaum brahmana jugalah yang berhak membaca dan
mempelajari kitab suci agama Hindu (Weda) serta yang mengatur upacara
keagamaan. Oleh karena itu, kaum brahmana mendapat kedudukan yang tinggi di
dalam setiap kerajaan Hindu (sebagai penasihat raja).
Perlu diingat bahwa pelaksanaan sistem kasta itu hanya berlaku pada saat
agama dan kebudayaan Hindu baru masuk dan berkembang beberapa saat di
Indonesia. Seiring dengan perkembangan zaman, sistem kasta itu hanya dijadikan
ajaran dalam agama Hindu di Indonesia saat ini, tetapi tidak dilaksanakan
secara mutlak. Setiap pemeluk agama Hindu mempunyai tugas dan hak yang sama
dalam beribadah dan bermasyarakat.
1. B. AKULTURASI BUDAYA LOKAL DAN HINDUISME
Masuknya budaya Hindu-Budha di Indonesia
menyebabkan munculnya Akulturasi. Akulturasi merupakan perpaduan 2
budaya dimana kedua unsur kebudayaan bertemu dapat hidup berdampingan dan
saling mengisi serta tidak menghilangkan unsur-unsur asli dari kedua kebudayaan
tersebut. Kebudayaan Hindu-Budha yang masuk di Indonesia tidak diterima begitu
saja melainkan melalui proses pengolahan dan penyesuaian dengan kondisi
kehidupan masyarakat Indonesia tanpa menghilangkan unsur-unsur asli. Hal ini
disebabkan karena:
1. Masyarakat Indonesia telah memiliki dasar-dasar kebudayaan yang cukup
tinggi sehingga masuknya kebudayaan asing ke Indonesia menambah perbendaharaan
kebudayaan Indonesia.
2. Kecakapan istimewa yang dimiliki bangsa Indonesia atau local
genius merupakan kecakapan suatu bangsa untuk menerima unsur-unsur
kebudayaan asing dan mengolah unsur-unsur tersebut sesuai dengan kepribadian
bangsa Indonesia.
Pengaruh kebudayaan Hindu hanya bersifat melengkapi kebudayaan yang
telah ada di Indonesia. Perpaduan budaya Hindu-Budha melahirkan akulturasi yang
masih terpelihara sampai sekarang. Akulturasi tersebut merupakan hasil dari
proses pengolahan kebudayaan asing sesuai dengan kebudayaan Indonesia.
1. Akulturasi Seni
Bangunan
Seni bangunan tampak pada bangunan
candi sebagai wujud percampuran antara seni asli bangsa Indonesia dengan seni
Hindu-Budha. Candi merupakan bentuk perwujudan akulturasi budaya bangsa
Indonesia dengan India. Candi merupakan hasil bangunan zaman megalitikum (baca juga: materi megalitikum )yaitu bangunan punden berundak-undak yang mendapat pengaruh Hindu Budha.
Contohnya candi Borobudur. Pada candi disertai pula berbagai macam benda yang
ikut dikubur yang disebut bekal kubur sehingga candi juga berfungsi sebagai
makam bukan semata-mata sebagai rumah dewa. Sedangkan candi Budha, hanya jadi
tempat pemujaan dewa tidak terdapat peti pripih dan abu jenazah ditanam di
sekitar candi dalam bangunan stupa.
2. Akulturasi Seni
Sastra dan Aksara
Periode awal di Jawa Tengah pengaruh sastra Hindu cukup kuat.
Periode tengah bangsa Indonesia mulai melakukan penyaduran atas karya
India.
Contohnya: Kitab Bharatayudha merupakan gubahan Mahabarata oleh Mpu
Sedah dan Panuluh. Isi ceritanya tentang peperangan selama 18 hari antara
Pandawa melawan Kurawa. Para ahli berpendapat bahwa isi sebenarnya merupakan
perebutan kekuasaan dalam keluarga raja-raja Kediri.
Prasasti-prasasti yang ada ditulis dalam bahasa Sansekerta dan Huruf
Pallawa. Bahasa Sansekerta banyak digunakan pada kitab-kitab kuno/Sastra India.
Mengalami akulturasi dengan bahasa Jawa melahirkan bahasa Jawa Kuno dengan
aksara Pallawa yang dimodifikasi sesuai dengan pengertian dan selera Jawa
sehingga menjadi aksara Jawa Kuno dan Bali Kuno. Perkembangannya menjadi aksara
Jawa sekarang serta aksara Bali. Di kerajaan Sriwijaya huruf Pallawa berkembang
menjadi huruf Nagari.
3. Akulturasi Sistem Kalender
Diadopsi dari sistem kalender/penanggalan India. Hal ini terlihat dengan
adanya Penggunaan tahun Saka di Indonesia. Tercipta kalender dengan sebutan
tahun Saka yang dimulai tahun 78 M (merupakan tahun Matahari, tahun Samsiah)
pada waktu raja Kanishka I dinobatkan jumlah hari dalam 1 tahun ada 365 hari.
baca lebih lengkap: akulturasi
C .KERAJAAN HINDU YANG ADA DI
INDONESIA
1. KERAJAAN KUTAI
Kerajaan
Kutai atau Kerajaan Kutai Martadipura (Martapura) merupakan kerajaan Hindu yang
berdiri sekitar abad ke-4 Masehi di Muara Kaman, Kalimantan Timur. Kerajaan ini
dibangun oleh Kudungga. Diduga ia belum menganut agama Hindu.
Peninggalan
terpenting kerajaan Kutai adalah 7 Prasasti Yupa, dengan huruf Pallawa dan
bahasa Sansekerta, dari abad ke-4 Masehi. Salah satu Yupa mengatakan bahwa
"Maharaja Kundunga mempunyai seorang putra bernama Aswawarman yang
disamakan dengan Ansuman (Dewa Matahari). Aswawarman mempunyai tiga orang
putra. yang paling terkemuka adalah Mulawarman.” Salah satu prasastinya juga
menyebut kata Waprakeswara yaitu tempat pemujaan terhadap Dewa Syiwa.
Baca juga lebih lengkap : Kerajaan Kutai
2.
TARUMANEGARA
Kerajaan
Tarumanegera di Jawa Barat hampir bersamaan waktunya dengan Kerajaan Kutai.
Kerajaan Tarumanegara didirikan oleh Rajadirajaguru Jayasingawarman pada tahun
358, yang kemudian digantikan oleh putranya, Dharmayawarman (382 – 395).
Maharaja Purnawarman adalah raja Tarumanegara yang ketiga (395 – 434 M).
Menurut Prasasti Tugu pada tahun 417 ia memerintahkan penggalian Sungai Gomati dan
Candrabaga sepanjang 6112 tombak (sekitar 11 km).
Dari
kerajaan Tarumanegara ditemukan sebanyak 7 buah prasasti. Lima diantaranya
ditemukan di daerah Bogor. Satu ditemukan di desa Tugu, Bekasi dan satu lagi
ditemukan di desa Lebah, Banten Selatan. Prasasti-prasasti yang merupakan
sumber sejarah Kerajaan Tarumanegara tersebut adalah sebagai berikut :
1. Prasasti Kebon Kopi,
2. Prasasti Tugu,
3. Prasasti Munjul atau
Prasasti Cidanghiang,
4. Prasasti Ciaruteun,
Ciampea, Bogor
5. Prasasti Muara Cianten,
Ciampea, Bogor
6. Prasasti Jambu, Bogor
7. Prasasti Pasir Awi, Bogor.
b baca juga lebih lengkap : Kerajaan Taruma Negara
3.
KERAJAAN SRIWIJAYA
Keadaan
alam Pulau Sumatera dan sekitarnya pada abad ke-7 berbeda dengan keadaan
sekarang. Sebagian besar pantai timur baru terbentuk kemudian. Oleh karena itu
Pulau Sumatera lebih sempit bila dibandingkan dengan sekarang, sebaliknya Selat
Malaka lebih lebar dan panjang. Beberapa faktor yang mendorong perkembangan
kerajaan Sriwijaya menjadi kerajaan besar antara lain sebagai berikut :
1.
Letaknya
yang strategis di Selat Malaka yang merupakan jalur pelayaran dan
perdagangan internasional.
2.
Kemajuan
kegiatan perdagangan antara India dan Cina melintasi selat Malaka,
sehingga membawa keuntungan yang besar bagi
Sriwijaya.
3.
Keruntuhan
Kerajaan Funan di Vietnam Selatan akibat serangan kerajaan Kamboja
memberikan kesempatan bagi perkembangan
Sriwijaya sebagai negara maritim (sarwajala) yang selama abad ke-6 dipegang
oleh kerajaan Funan.
Berdasarkan
berita dari I Tsing ini dapat kita ketahui bahwa selama tahun 690 sampai 692,
Kerajaan Melayu sudah dikuasai oleh Sriwijaya. Sekitar tahun 690 Sriwijaya
telah meluaskan wilayahnya dengan menaklukkan kerajaan-kerajaan di sekitarnya.
Hal ini juga diperkuat oleh 5 buah prasasti dari Kerajaan Sriwijaya yang
kesemuanya ditulis dalam huruf Pallawa dan bahasa Melayu Kuno.
Prasasti-prasasti tersebut adalah sebagai beikut :
1. Prasasti Kedukan
Bukit
2. Prasasti Talang Tuwo
3. Prasasti Kota Kapur
4. Prasasti Telaga Batu
5. Prasasti Karang
Birahi
6. Prasasti Ligor
Letak
Sriwijaya strategis membawa keberuntungan dan kemakmuran. Walaupun demikian,
letaknya yang strategis juga dapat mengundang bangsa lain menyerang Sriwijaya.
Beberapa faktor penyebab kemunduran dan keruntuhan :
1.
Adanya serangan dari Raja Dharmawangsa 990 M.
2.
Adanya serangan dari kerajaan Cola Mandala yang diperintah oleh Raja
Rajendracoladewa.
3. Pengiriman
ekspedisi Pamalayu atas perintah Raja Kertanegara, 1275 - 1292.
4. Muncul
dan berkembangnya kerajaan Islam Samudra Pasai.
5. Adanya
serangan kerajaan Majapahit dipimpin Adityawarman atas perintah
Mahapatih
Gajah Mada, 1477. Sehingga Sriwijaya menjadi taklukkan Majapahit.
baca juga lebih lengkap: Kerajaan Sriwijaya
E.
KERAJAAN MATARAM HINDU-BUDHA
Kerajaan
Mataram diketahui dari Prasasti Canggal yang berangka tahun 732 Masehi yang
ditulis dalam huruf Pallawa dan bahasa Sansekerta. Dalam prasasti itu
disebutkan bahwa pada mulanya Jawa (Yawadwipa) diperintah oleh Raja Sanna.
Setelah ia wafat Sanjaya naik tahta sebagai penggantinya. Sanjaya adalah putra
Sannaha (saudara perempuan Sanna).
Prasasti
Mantyasih (Prasasti Kedu) yang di dikeluarkan oleh Raja Balitungpada
tahun 907 memuat daftar raja-raja keturunan Sanjaya, sebagai berikut :
1. Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya
2. Sri Maharaja Rakai Panangkaran
3. Sri Maharaja Rakai Panunggalan
4. Sri Maharaja Rakai Warak
5. Sri Maharaja Rakai Garung
6. Sri Maharaja Rakai Pikatan
7. Sri Maharaja Rakai Kayuwangi
8. Sri Maharaja Rakai Watuhumalang
9. Sri Maharaja Watukura Dyah
Balitung
Prasasti
Kelurak, 782 M di desa Kelurak disebutkan bahwa Raja Dharanindra membangun arca
Majusri (= candi sewu). Pengganti raja Dharanindra, adalah Samaratungga.
Samaratungga digantikan oleh putrinya bernama Pramodawardhani. Dalam Prasasti
Sri Kahulunan (= gelar Pramodawardhani) berangka tahun 842 M di daerah Kedu,
dinyatakan bahwa Sri Kahulunan meresmikan pemberian tanah untuk pemeliharaan
candi Borobudur yang sudah dibangun sejak masa pemerintahan Samaratungga.
Pramodhawardhani
menikah dengan Rakai Pikatan yang beragama Hindu. Adik Pramodhawardhani,
Balaputradewa menentang pernikahan itu. Pada tahun 856 Balaputradewa
berusaha merebut kekuasaan dari Rakai Pikatan, namun usahanya itu gagal.
Setelah pemerintahan Rakai Pikatan, Mataram menunjukkan kemunduran. Sejak
pemerintahan Raja Balitung banyak mengalihkan
perhatian ke wilayah Jawa Timur. Raja-raja setelah Balitung adalah :
1.
Daksa (910
– 919). Ia telah menjadi rakryan mahamantri I hino (jabatan terttinggi
sesudah
raja) pada masa pemerintahan Balitung.
2. Rakai Layang Dyah Tulodong
(919 – 924)
3. Wawa yang bergelar Sri
Wijayalokanamottungga (924 – 929)
Wawa
merupakan raja terakhir kerajaan Mataram. Pusat kerajaan kemudian dipindahkan
oleh seorang mahapatihnya (Mahamantri I hino) bernama Pu Sindok ke Jawa Timur. baca juga yang lebih lengkap: Mataram Hindu(kuno)
F.
PERPINDAHAN KERAJAAN MATARAM KE JAWA TIMUR
Pu Sindok
yang menjabat sebagai mahamantri i hino pada masa pemerintahan Raja Wawa
memindahkan pusat pemerintahan ke Jawa Timur tersebut. Pada tahun 929 M, Pu
Sindok naik tahta dengan gelar Sri Maharaja Rakai Hino Sri Isana
Wikramadharmattunggadewa. la mendirikan dinasti baru, yaitu Dinasti Isana. Pu
Sindok memerintah sampai dengan tahun 947. Pengganti-penggantinya dapat
diketahui dari prasasti yang dikeluarkan oleh Airlangga, yaitu Prasasti Calcuta.
Alasan perpindahan Mataram Kuno ke Jawa Timur yaitu :
1. Kawatir diserbu kerajaan SriWijaya
2. Karena ada bencana gunung meletus (gunung Merapi)
3. Mencari daerah yang subur di Jawa Timur
Berdasarkan
berita Cina diperoleh keterangan bahwa Raja Dharmawangsa pada tahun 990 - 992 M
melakukan serangan terhadap Kerajaan Sriwijaya. Pada tahun 1016, Airlangga
datang ke Pulau Jawa untuk meminang putri Dharmawangsa. Namun pada saat upacara
pernikahan berlangsung kerajaan mendapat serangan dari Wurawuri dari Lwaram
yang bekerjasama dengan Kerajaan Sriwijaya. Peristiwa ini disebut peristiwa
Pralaya. Selama dalam pengassingan ia menyusun kekuatan. Setelah berhasil
menaklukkan raja Wurawari pada tahun 1032 dan mengalahkan Raja Wijaya dari
Wengker Pada tahun 1035 ia berhasil mengembalikan kekuasaan. Airlangga wafat
pada tahun 1049 dan disemayamkan di Parthirtan Belahan, di lereng gunung
Penanggungan.
G.
KERAJAAN KADIRI
Pada akhir
pemerintahannya Airlangga kesulitan dalam menunjuk penggantinyam, sebab Putri
Mahkotanya bernama Sanggramawijaya menolak menggantikan menjadi raja. la
memilih menjadi seorang pertapa. Maka tahta diserahkan kepada kedua orang anak
laki-lakinya, yaitu : Jayengrana dan Jayawarsa. Untuk menghindari perselisihan
di antara keduanya maka kerajaan di bagi dua atas bantuan Pu Barada yaitu:
1. Jenggala
dengan ibukotanya Kahuripan
2.
Panjalu dengan ibukotanya Daha (Kadiri)
Sampai
setengah abad lebih sejak Airlangga mengundurkan diri tidak ada yang dapat
diketahui dari kedua kerajaan itu. Kemudian hanya Kadiri yang menunjukkan
aktifitas politiknya. Raja pertama yang muncul dalam pentas sejarah adalah Sri
Jayawarsa dengan prasastinya yang berangka tahun 1104 M. Selanjutnya
berturut-turut raja-raja yang berkuasa di Kadiri adalah sebagai berikut :
Kameswara (±1115 – 1130), Jayabaya (±1130 – 1160), 1135), Sarweswara (±1160 –
1170), Aryyeswara (±1170 – 1180), Gandra (1181), Srengga (1190-1200) dan
Kertajaya (1200 - 1222).
Pada tahun
1222 terjadilah Perang Ganter antara Ken arok dengan Kertajaya. Ken Arok dengan
bantuan para Brahmana (pendeta) berhasil mengalahkan Kertajaya di Ganter
(Pujon, Malang).
baca juga lebih lengkap : Kerajaan Kediri
H.
KERAJAAN SINGASARI
Kerajaan
Singasari didirikan oleh Ken Arok. Dalam kitab Pararaton Ken Arok digambarkan
sebagai seorang pencuri dan perampok yang sakti, sehingga menjadi buronan
tentara Tumapel. Setelah mendapatkan bantuan dari seorang Brahmana, Ken Arok
dapat mengabdi kepada Akuwu (bupati) di Tumapel bernama Tunggul Ametung.
Setelah berhasil membunuh Tunggul Ametung, Ken Arok menggantikannya sebagai
penguasa Tumapel. Ia juga menjadikan Ken Dedes, istri Tunggul Ametung, sebagai
permaisurinya. Pada waktu itu Tumapel masih berada di bawah kekuasaan Kerajaan
Kadiri.
Setelah
merasa memiliki kekuatan yang cukup, Ken Arok berusaha untuk melepaskan diri
dari Kadiri. Pada tahun 1222 Ken Arok berhasil membunuh Kertajaya, raja Kadiri
terakhir. Ia kemudian naik tahta sebagai raja Singasari dan mendirikan
dinasti baru yaitu Dinasti Girinda.
Tidak lama
kemudian, Ken Dedes melahirkan seorang putra bernama Anusapati hasil
pernikahannya dengan Tunggul Ametung. Sedangkan dari istri yang lain, yaitu Ken
Umang, Ken Arok mempunyai seorang putra bernama Tohjaya. Pada tahun 1227, Ken
Arok dibunuh oleh Anusapati. Hal ini dilakukan sebagai balas dendam atas
kematian ayahnya, Tunggul Ametung. Anusapati mengantikan berkuasa di Singasari.
Ia memerintah selama 21 tahun. Sampai akhirnya ia dibunuh oleh Tohjaya, juga
sebagai balas dendam atas kematian ayahnya.
Tohjaya
naik tahta. Ia memerintah dalam waktu sangat singkat. Ia kemudian terbunuh oleh
Ranggawuni (putra Anusapati). Pada tahun 1248 Ranggawuni naik tahta dengan
gelar Srijaya Wisnuwardhana. Pada tahun 1254 Wisnuwardhana mengangkat putranya Kertanegara
sebagai Yuwaraja atau Raja Muda. Wisnuwardana wafat pada tahun 1268 di
Mandragiri.
Pada tahun
1268 Kertanegara naik tahta. la merupakan raja terbesar kerajaan Singasari.
Kertanegara merupakan raja pertama yang bercita-cita menyatukan Nusantara. Pada
tahun 1275, Kertanegara mengirimkan Ekspedisi Pamalayu ke Sumatera (Jambi)
dipimpin oleh Kebo Anabrang. Ekspedisi ini bertujuan menuntut pengakuan
Sriwijaya dan Malayu atas kekuasaan Singasari. Ekspedisi ini juga untuk
mengurangi pengaruh Kubilai Khan dari Cina di Nusantara.
Ekspedisi
ini menimbulkan rasa khawatir raja Mongol tersebut. Oleh karena itu pada tahun
1289 Kubilai Khan mengirimkan utusan bernama Meng-chi menuntut Singasari
mengakui kekuasaan Kekaisaran Mongol atas Singasari. Kertanegara menolak tegas,
bahkan utusan Cina itu dilukai mukanya. Perlakukan tersebut dianggap sebagai
penghinaan dan tantangan perang.
Untuk
menghadapi kemungkinan serangan dari tentara Mongol pasukan Singasari
disiagakan dan dikirim ke berbagai daerah di Laut Jawa dan di Laut Cina
Selatan. Sehingga pertahanan di ibukota lemah. Hal ini dimanfaatkan oleh
pihak-pihak yang tidak senang terhadap Kertanegara, diantaranya Jayakatwang
penguasa Kadiri dan Arya Wiraraja (bupati Madura). Pasukan Kadiri berhasil
menduduki istana dan membunuh Kertanegara.
baca juga yang lebih lengkap: Kerajaan Singosari
I.
KERAJAAN MAJAPAHIT
Setelah
Kertanegara terbunuh oleh Jayakatwang, 1292. Raden Wijaya menantu Kertanegara
berhasil melarikan diri ke Madura untuk minta bantuan Arya Wiraraja, bupati
Sumenep. Atas nasihat Arya Wiraraja, Raden Wijaya menyerahkan diri kepada
Jayakatwang. Atas jaminan dari Arya Wiraraja, Raden Wijaya diterima dan
diperbolehkan membuka hutan Tarik yang terletak di dekat Sungai Brantas. Dengan
bantuan orang-orang Madura, pembukaan hutan Tarik dibuka dan diberi nama
Majapahit.
Kemudian
datanglah pasukan Tartar yang dikirim Kaisar Kubilai Khan untuk menghukum raja
Jawa. Walaupun sudah mengetahui Kertanegara sudah meninggal, tentara Tartar
bersikeras mau menghukum raja Jawa. Hal ini dimanfaatkan oleh Raden Wijaya untuk
membalas dendam kepada Jayakatwang. Jayakatwang berhasil dihancurkan. Pada
waktu tentara Tartar hendak kembali kepelabuhan, Raden Wijaya menghancurkan
tentaraTartar, Setelah berhasil mengusir tentara Tartar, Raden Wijaya
dinobatkan sebagai Raja Majapahit dengan gelar Sri Kertarajasa Jayawardhana
pada tahun 1293.
Kertarajasa
meninggal pada tahun 1309. Satu-satunya putra yang dapat menggantikannya adalah
Kalagamet. la dinobatkan sebagai raja Majapahit dengan gelar Sri Jayanagara. Ia
bukanlah raja yang cakap. Selain itu ia juga mendapatkan banyak pengaruh dari
Mahapati. Akibatnya masa pemerintahannya diwarnai dengan adanya beberapa kali
pemberontakan.
Pemberontakan
yang paling berbahaya adalah pemberontakan Kuti, pada tahun 1319. Kuti berhasil
menduduki ibukota Majapahit, sehingga Jayanagara harus melarikan diri ke desa
Bedander yang dikawal oleh pasukan Bhayangkari dipimpin oleh Gajah Mada.
Pemberontakan Kuti ini berhasil ditumpas oleh Gajah Mada. Karena jasanya Gajah
Mada diangkat sebagai Patih Kahuripan. Pada tahun 1328 Jayanagara mangkat
dibunuh oleh tabib istana, Tanca. Tanca kemudian dibunuh oleh Gajah Mada.
Jayanagara tidak meninggalkan keturunan.
Karena
Jayanagara tidak mempunyai keturunan, maka yang berhak memerintah semestinya
adalah Gayatri atau Rajapatni. Akan tetapi Gayatri telah menjadi bhiksuni. Maka
pemerintahan Majapahit kemudian dipegang oleh putrinya Bhre Kahuripan dengan
gelar Tribhuwana Tunggadewi Jayawisnuwardhani. la menikah dengan Kertawardhana.
Dari perkawinan ini lahirlah Hayam Wuruk. Pada tahun 1331 terjadi pemberontakan
Sadeng dan Keta. Pemberontakan yang berbahaya ini dapat ditumpas oleh Gajah
Mada. Karena jasanya Gajah Mada diangkat sebagai Patih Mangkubumi Majapahit.
Pada saat pelantikan, Gajah Mada mengucapkan Sumpah Palapa.
Pada tahun
1350 M, lbu Tribhuwanatunggadewi, Gayatri meninggal. Sehingga Tribhuwana turun
tahta. Penggantinya adalah putranya yang bernama Hayam Wuruk yang bergelar
Rajasanagara. Di bawah pemerintahan Hayam Wuruk dengan Gajah Mada sebagai
Mahapatihnya, Majapahit mencapai puncak kejayaannya. Dengan Sumpah Palapa-nya
Gajah Mada berhasil menguasai seluruh kepulauan Nusantara ditambah dengan Siam,
Martaban (Birma), Ligor, Annom, Campa dan Kamboja.
Pada tahun
1364, Patih Gajah Mada wafat ditempat peristirahatannya, Madakaripura, di
lereng Gunung Tengger. Setelah Gajah Mada meninggal, Hayam Wuruk menemui
kesulitan untuk menunjuk penggantinya. Akhirnya diputuskan bahwa pengganti
Gajah Mada adalah empat orang menteri.
Baca juga yang lebih lengkap: Kerajaan Majapahit
Hayam
Wuruk wafat pada tahun 1389. Ia disemayamkan di Tayung daerah Berbek,
Kediri. Seharusnya yang menggantikan adalah puterinya yang bernama
Kusumawardhani. Namun ia menyerahkan kekuasaannya kepada suaminya,
Wikramawardhana. Sementara itu Hayam Wuruk juga mempunyai anak laki-laki dari
selir yang bernama Bhre Wirabhumi yang telah mendapatkan wilayah keuasaan
di Kedaton Wetan (Ujung Jawa Timur). Pada tahun 1401 hubungan Wikramawardhana
dengan Wirabhumi berubah mejadi perang saudara yang dikenal sebagai Perang
Paregreg. Pada tahun 1406 Wirabhumi dapat dikalahkan di dibunuh. Tentu saja
perang saudara ini melemahkan kekuasaan Majapahit. Sehingga banyak
wilayah-wilayah kekuasaannya melepaskan diri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar