Pages

Senin, 19 Oktober 2020

PERLAWANAN ACEH DAN MALUKU MELAWAN PORTUGIS DAN VOC

 
Sebagaimana kita ketahui Aceh adalah  bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. Untuk meningkatkan rasa nasionalisme marilah kita mempelajari perjuangan yang pernah dilakukan bangsa Indonesia dalam mengusir ketidakadilan dan penjajahan diantaranya  yang akan kita bahas adalah perlawanan rakyat Aceh dalam melawan Portugis dan VOC. Perlawanan Rakyat Aceh Melawan Portugis dan VOC. Setelah Malaka jatuh ke tangan Portugis pada tahun 1511, justru membawa hikmah dan keuntungan bagi Aceh. Keuntungan Aceh  setelah Malaka jatuh ke tangan Portugis adalah banyaknya para pedagang Islam yang menyingkir dari Malaka menuju ke Aceh. Dengan keuntungan Aceh tersebut, perdagangan di Aceh semakin ramai. Hal ini telah mendorong Aceh berkembang menjadi bandar dan pusat perdagangan.

Perlawanan Rakyat Aceh Melawan Portugis dan VOC

Perkembangan Aceh yang begitu pesat ini dipandang oleh Portugis sebagai ancaman, oleh karena itu, Portugis berkehendak untuk menghancurkan Aceh. Pada tahun 1523 Portugis melancarkan serangan ke Aceh di bawah pimpinan Henrigues, dan menyusul pada tahun 1524 dipimpin oleh de Sauza. Beberapa serangan Portugis ini mengalami kegagalan. Portugis terus mencari cara untuk melemahkan posisi Aceh sebagai pusat perdagangan. Kapal-kapal Portugis selalu mengganggu kapal-kapal dagang Aceh di manapun berada. Misalnya, pada saat kapal-kapal dagang Aceh sedang berlayar di Laut Merah pada tahun 1524/1525 diburu oleh kapal- kapal Portugis untuk ditangkap.

BACA JUGA: soal perlawanan terhadap penjajahan part 2

Sudah barang tentu tindakan Portugis telah merampas kedaulatan Aceh yang ingin bebas dan berdaulat berdagang dengan siapa saja, mengadakan hubungan dengan bangsa manapun atas dasar persamaan. Oleh karena itu, tindakan kapal-kapal Potugis telah mendorong munculnya perlawanan rakyat Aceh terhadap Portugis.

Langkah-Langkah Aceh dalam Melawan Portugis

Sebagai persiapan Aceh dalam melawan Portugis yaitu melakukan langkah-langkah antara lain:
1. Melengkapi kapal dagang Aceh dengan persenjataan, meriam dan prajurit
2. Mendatangkan persenjataan, tentara dan ahli dari Turki tahun 1567.
3. Mendatangkan bantuan persenjataan dari Kalikut dan Jepara.

Setelah berbagai bantuan berdatangan, Aceh segera melancarkan serangan terhadap Portugis di Malaka. Portugis harus bertahan mati-matian di benteng Formosa. Portugis harus mengerahkan semua kekuatannya sehingga serangan Aceh ini dapat digagalkan. Sebagai tindakan balasan pada tahun 1569 Portugis balik menyerang Aceh, tetapi serangan Portugis di Aceh ini juga dapat digagalkan oleh pasukan Aceh. Rakyat Aceh dan para pemimpinnya selalu ingin memerangi kekuatan dan dominasi asing, oleh karena itu, jiwa dan semangat juang untuk mengusir Portugis dari Malaka tidak pernah padam.


baca juga : kebijakan Raffles (Inggris) ketika menjajah Indonesia


Pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda (1607-1639), semangat juang mempertahankan tanah air dan mengusir penjajahan asing semakin meningkat. Iskandar Muda adalah raja yang gagah berani dan bercita-cita untuk mengenyahkan penjajahan asing, termasuk mengusir Portugis dari Malaka dan tidak mengizinkan VOC untuk berdagang dan membuka kantor perwakilan di Aceh.  Iskandar Muda berusaha untuk melipatgandakan kekuatan pasukannya. Angkatan lautnya diperkuat dengan kapal-kapal besar yang dapat mengangkut 600-800 prajurit. Pasukan kavaleri dilengkapi dengan kuda-kuda dari Persia, bahkan Aceh juga menyiapkan pasukan gajah dan milisi infanteri.

Sementara itu untuk mengamankan wilayahnya yang semakin luas meliputi Sumatera Timur dan Sumatera Barat, ditempatkan para pengawas di jalur-jalur perdagangan. Para pengawas itu ditempatkan di pelabuhan-pelabuhan penting seperti di Pariaman. Para pengawas itu umumnya terdiri para panglima perang.Setelah mempersiapkan pasukannya, pada tahun 1629 Iskandar Muda melancarkan serangan ke Malaka. Menghadapi serangan kali ini Portugis sempat kewalahan. Portugis harus mengerahkan semua kekuatan tentara dan persenjataan untuk menghadapi pasukan Iskandar Muda.

Namun, serangan Aceh kali ini juga tidak berhasil mengusir Portugis dari Malaka. Hubungan Aceh dan Portugis semakin memburuk. Bentrokan-bentrokan antara kedua belah pihak masih sering terjadi, tetapi Portugis tetap tidak berhasil menguasai Aceh dan begitu juga Aceh tidak berhasil mengusir Portugis dari Malaka. Yang berhasil mengusir Portugis dari Malaka adalah VOC pada tahun 1641.

Perlawanan lain terhadap Portugis juga dilakukan oleh kerajaan Demak dibawah pimpinan Pati Unus yang mendapat sebutan pangeran Sabrang Lor. Pada tahun 1513 dan 1521 Pati Unus menyerbu ke Malaka tetapi mengalami kegagalan. Setelah mengalami kegagalan itu , kerajaan Demak tidak lagi menyerbu ke Malaka, tetapi Demak melakukan blockade perdagangan beras terhadap Portugis di Malaka.

PERLAWANAN MALUKU TERHADAP PORTUGIS

Di Maluku-lah terjadi peristiwa sejarah yang sangat penting. Yang menandakan kebesaran Nusantara yang mampu mengusir penjajah 100 persen. Yang terjadi pada abad ke-15 terhadap Portugis. Awal mulanya adalah ekspedisi bangsa Portugis ke Maluku yang mendarat di kerajaan Ternate pada tahun 1513.

Awalnya, gerak-gerik bangsa Portugis di Maluku hanya sebatas kerja sama di bidang perdagangan terutama rempah-rempah. Namun, lambat laun Portugis malah melanggar kerja sama itu dengan melakukan monopoli dagang. Hal tersebut membuat Sultan Ternate, Sultan Hairun, menyerukan perlawanan terhadap Portugis kepada seluruh Maluku, bahkan Jawa dan Irian.Hingga akhirnya meletuslah perang Ternate-Portugis yang pertama pada tahun 1559-1567. Sultan Hairun pun mengutus putra-putranya untuk menjadi panglima.

· Jalannya Perlawanan dan Akhir Perlawanan

Kami-pun tidak mendapat banyak info mengenai jalannya perlawanan pada perang Ternate-Portugis yang pertama ini. Tapi di Ternate, sejak 1550 kadang-kadang terjadi pertempuran yang berkembang menjadi perang. Dan selama perang inilah mencuat juga tokoh perlawanan muda bernama Pangeran Baab, selanjutnya Sultan Baabullah, putra dari Sultan Hairun yang begitu cakap sebagai panglima.

Di perang ini pula terjadi sebuah peristiwa yang mestinya selalu diingat.Dimana 3 kerajaan Islam terbesar kala itu (Aceh, Demak, Ternate) masing-masing dari Barat, Tengah, dan Timur Nusantara membentuk suatu front persatuan melawan Portugis yang terus bertahan sampai abad ke-15. Disinilah, pasca era Majapahit tercipta lagi sebuah front persatuan Nusantara yang berandil besar dalam tindak-tanduk Barat selama seabad lamanya di bumi Nusantara.

Dan dengan front itu pula, perang dimenangkan Ternate. Wilayah Ambon direbut.Dan Portugis terpaksa memohon damai.Hal ini disambut dengan baik oleh Sultan Hairun.Portugis tetap diizinkan berdangan di Ternate dan bersaing dengan pedagang-pedagang lain secara bebas.Dan hak-hak istimewa mereka terkait monopoli dagang dicabut.

Namun rupanya, permohonan damai Portugis hanyalah kedok untuk meruntuhkan Ternate.Mereka masih menginginkan segala kekayaan rempah-rempah di Maluku.Namun kekuatan yang belum cukup membuat mereka mengulur waktu selama masa damai. Dibalik layar, rupanya Portugis tengah mengatur rencana yang cerdik dan licik dengan sabar. Terbukti, pada 1570 Portugis melakukan sebuah langkah penjebakan yang begitu licik. Beralasan untuk merayakan hubungan Ternate-Portugis yang makin membaik, Sultan Hairun diundang ke benteng Sau Paulo pada 25 Februari 1570 oleh gubernur Portugis Lopez de Mesquita.

Sultan Hairun yang sudah percaya pada Portugis pun datang tanpa pengawal. Tak disangka, sesampainya disana ia langsung dibunuh dan mati dengan mengenaskan. Kematian Sultan Hairun ini dipercaya akan menjadi kehilangan besar bagi rakyat Maluku atas pemimpin yang hebat.

Tapi tentu saja, dengan kematian Sultan Hairun akan ada posisi lowong pada kepemimpinan Maluku. Untuk menghimpun persatuan melawan Portugis, rakyat mesti memiliki pemimpin yang bisa mengatur rakyat. Maka Dewan Kerajaan atas dukungan dari rakyat pun memilih Pangeran Baabullah, anak Sultan Hairun yang selanjutnya bergelar Sultan Baabullah Datu Syah, sebagai pemimpin.

Tak tanggung-tanggung, ia bersumpah akan berjuang untuk menegakkan panji-panji Islam di bumi Maluku, menjadikan Kesultanan Ternate sebagai kerajaan yang besar, dan melakukan balasan untuk mengusir Portugis dari wilayahnya. Perang Jihad pun diumumkan diseluruh Nusantara Timur.Suku-suku yang berbeda akarnya dipersatukan.Kerjaaan-kerajaan di Indonesia Timur melupakan persaingan.Semata-mata demi persatuan dalam melawan Portugis.

Persatuan dengan Tidore diperkukuh dengan pernikahan antara Sultan Baabullah dengan adik dari Sultan Tidore. Panglima-panglima diangkat : Raja Jailolo Katarabumi, Gubernur Sula Kapita Kapalaya, Gubernur Ambon Kapita Kalakinka, dan Kapita Rubuhongi. Semuanya bersatu dibawah pimpinan Sultan Baabullah.Dan membuat suatu persatuan yang begitu hebat.Dengan 2000 kora-kora dan 120000 prajurit, pasukan Jihad menyerang Portugis.

Sementara di pihak Portugis, keadaan justru sedang buruk.Mereka tidak mampu mendapat bala bantuan dari luar karena daerah kekuasaan mereka, Malaka, sedang dikepung oleh Kesultanan Aceh. Dengan keadaan yang bertolak belakang ini, maka pasukan Jihad Sultan Baabullah mampu meraih keunggulan.Satu persatu benteng-benteng Portugis jatuh ke tangan Ternate.Hingga tinggal menyisakan satu benteng, yaitu Sau Paulo tempat kediaman gubernur Portugis Lopez de Mesquita.

Namun benteng Sau Paulo masih dalam pengepungan sejak 1570. Selama lima tahun lamanya orang-orang disana menderita karena terputusnya hubungan dengan dunia luar. Sebuah balasan atas penghianatan mereka. Namun pada 1575, Sultan Baabullah memberi ultimatum untuk meninggalkan Ternate dalam waktu 24 jam.Namun, mereka yang memiliki istri pribumi diperbolehkan tinggal asalkan menjadi kawula kerajaan.Akhirnya, tanggal 15 Juli 1575, Portugis pergi secara memalukan dari Ternate.Hebatnya, tak ada kekerasan dari pihak Ternate. Malah mereka diberi kesempatan untuk menetap di Ambon sampai 1576.

Selanjutnya, sebagian orang Portugis pergi ke Malaka dan sebagian lagi ke Timor. Sementara Ternate mengalami masa kejayaan bersama Sultan Baabullah dan tetap memelihara persatuan dan kerja sama dengan kerajaan Demak dan Aceh sebagai poros Nusantara untuk menolak kolonialisme Barat.

Demikianlah perlawanan rakyat Maluku terhadap Portugis yang berakhir dengan kemenangan besar. Hal ini membuktikan jika persatuan Nusantara akan mampu mengalahkan bangsa Barat. Dan juga sebagai teladan akan kebaikan hati para pemimpin yang tidak melakukan kekejaman pada musuh seberapapun kejamnya mereka sebelumnya.

Perlawanan Rakyat Maluku Terhadap VOC

Setelah kemenangan besar melawan Portugis, bersama Sultan Baabullah Ternate pada khususnya dan Maluku pada umumnya mengalami masa keemasan. Tapi setelah wafatnya pada 1583 yang meninggalkan luka mendalam, tak ada lagi pemimpin sekaliber dia yang memimpin Maluku. Krisis pemimpin ini membuat Maluku pelan-pelan mengalami kemunduran.Maka tak heran jika kemudian datang lagi musuh lama, yaitu Portugis yang masih saja mencoba menguasai bumi Maluku.

Seperti yang telah dijelaskan diatas, Portugis bersama Spanyol mencoba menguasai Maluku.Dan segala upaya mereka tak mampu dibendung oleh Kesultanan Ternate dan Maluku disekitarnya. Bahkan, Sultan Ternate dibuang.Hal ini, membuat Ternate mau-tidak-mau harus meminta bantuan dari luar. Dan Belanda dengan armada-nya pun bersedia menolong, tapi dengan bayaran mahal yang akan disesali selamanya.

Ya, armada Portugis berhasil ditumpas.Tapi disinilah awal monopoli Belanda (VOC) dimulai.Hal itu diawali dengan perjanjian kontrak monopoli dagang VOC atas imbalan bantuan mereka pada 1607. Setelah itu, lebih dari 300 tahun lamanya bangsa Belanda menguasai tanah Maluku.Semakin lama pengaruh Belanda makin kuat.Lewat perintah sultan Belanda/VOC dapat dengan leluasa membuat peraturan yang merugikan rakyat.

Baca juga : Perang korea dan terbentuknya Korea Utara dan Korea Selatan

Hal itupun menimbul kekecewaan rakyat.Dan akhirnya terjadilah pemberontakan-pemberontakan sepanjang abad ke-15.Seperti pemberontakan Salahakan Hulu pada 1635 dan Sultan Sibori pada 1675. Tapi semua hal itu dapat ditumpas dan puncaknya, pada 1683 Sultan Sibori dengan terpaksa mengakhiri masa Kesultanan Ternate sebagai negara berdaulat, diganti dengan kerajaan independen Belanda.

Segala hal ini pun Maluku tak lagi berkutik. Memang ada pemberontakan, tapi dengan pengawasan Belanda hanya bisa dilakukan secara sembunyi-sembunyi dengan dampak yang tidak besar. Sampai Indonesia merdeka.

Pada tahun 1635 muncul perlawanan rakyat Maluku terhadap VOC di bawah pimpinan Kakiali, Kapten Hitu. Perlawanan segera meluas ke berbagai daerah. Oleh karena kedudukan VOC terancam, maka Gubernur Jederal Van Diemen dari Batavia dua kali datang ke Maluku (1637 dan 1638) untuk menegakkan kekuasaan Kompeni. Untuk mematahkan perlawanan rakyat Maluku, Kompeni menjanjikan akan memberikan hadiah besar kepada siapa saja yang dapat membunuh Kakiali. Akhirnya seorang pengkhianat berhasil membunuh Kakiali.

Dengan gugurnya Kakiali, untuk sementara Belanda berhasil mematahkan perlawanan rakyat Maluku, sebab setelah itu muncul lagi perlawanan sengit dari orang-orang Hitu di bawah pimpinan Telukabesi. Perlawanan ini baru dapat dipadamkan pada tahun 1646. Pada tahun 1650 muncul perlawanan di Ambon yang dipimpin oleh Saidi. Perlawanan meluas ke daerah lain, seperti Seram, Maluku, dan Saparua. Pihak Belanda agak terdesak, kemudian minta bantuan ke Batavia. Pada bulan Juli 1655 bala bantuan datang di bawah pimpinan Vlaming van Oasthoom dan terjadilah pertempuran sengit di Howamohel. Pasukan rakyat terdesak, Saidi tertangkap dan dihukum mati, maka patahlah perlawanan rakyat Maluku.

Sampai akhir abad ke-17 tidak ada lagi perlawanan menentang VOC. Pada akhir abad ke-18, muncul lagi perlawanan rakyat Maluku di bawah pimpinan Sultan Jamaluddin, namun segera dapat ditangkap dan diasingkan ke Sailan (Sri Langka). Menjelang akhir abad ke-18 (1797) muncullah perlawanan besar rakyat Maluku di bawah pimpinan Sultan Nuku dari Tidore. Sultan Nuku berhasil merebut kembali Tidore dari tangan VOC. Akan tetapi setelah Sultan Nuku meninggal (1805), VOC dapat menguasai kembali wilayah Tidore. Tidakan sewenang-wenang yang dilakukan VOC di Maluku kembali dilanjutkan oleh pemerintah Kolonial Hindia Belanda setelah berkuasa kembali pada tahun 1816 dengan berakhirnya pemerintah Inggris di Indonesia tahun 1811-1816.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

POSTINGAN UNGGULAN

KISI-KISI SEJARAH X SOAL AKM

  CONTOH KISI -KISI SOAL AKM KLS X  MATA PELAJARAN IPS SEJARAH TAHUN 2022-2023